kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini upaya Pertamina pertahankan kondisi keuangan di saat pandemi virus corona


Rabu, 22 April 2020 / 18:45 WIB
Ini upaya Pertamina pertahankan kondisi keuangan di saat pandemi virus corona
ILUSTRASI. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang melanda Indonesia dan dunia tentu menjadi ancaman bagi kondisi finansial Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi, tak terkecuali PT Pertamina (Persero). Apalagi, di tengah tekanan dari virus corona, perusahaan ini tetap harus berkomitmen menyalurkan energi yang andal kepada masyarakat.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual bersama DPR RI pada Selasa (21/4) lalu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati bilang, Pertamina mendapat tiga tekanan akibat dampak virus corona. Pertama, permintaan minyak global turun akibatnya lesunya aktivitas ekonomi sehingga menimbulkan kelebihan pasokan minyak.

Kedua, harga minyak global terus mengalami penurunan sebagai akibat melimpahnya pasokan dan rendahnya permintaan. Ketiga, pelemahan kurs rupiah turut merugikan Pertamina lantaran biaya pengeluaran perusahaan ini dalam bentuk dollar AS.

Baca Juga: Skenario harga baru BBM versi praktisi dan pengamat, ini besaran penurunannya

“Dari semua tekanan yang ada, dampak yang paling terasa ada di sektor hulu,” kata Nicke, kemarin (21/4).

Pendapatan Pertamina pun berpotensi merosot. Pertamina memiliki dua skenario terkait proyeksi pendapatannya di tahun ini.

Untuk skenario berat, jika Indonesia Crude Price (ICP) berada di level US$ 38 per barel dan rupiah berada di level Rp 17.500 per dollar AS, maka Pertamina berpeluang kehilangan potensi pendapatan sebanyak 38,37% pada tahun ini.

Sekadar catatan, Pertamina memiliki target pendapatan yang tercantum dalam Rancangan Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020 sebesar US$ 58,3 miliar. Jika skenario berat terjadi, maka pendapatan Pertamina di tahun ini hanya akan mencapai US$ 22,36 juta.

Sementara itu, skenario sangat berat berlaku ketika ICP berada di level US$ 31 per barel dan rupiah jatuh ke level Rp 20.000 per dollar AS. Jika itu terjadi, maka pendapatan Pertamina dapat turun 44,66% dari target RKAP tahun ini menjadi US$ 26,03 miliar.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina tentu memiliki strategi untuk menjaga kesehatan keuangannya di tengah pandemi virus corona. Selain tetap mengoptimalkan produksi hulu migas, Pertamina juga berupaya mendorong penjualan BBM untuk konsumen industri supaya potensi penurunan pendapatannya bisa diminimalisir.

“Kami juga akan melakukan ekspor terhadap produk yang dalam kondisi kelebihan pasokan,” tukas dia, Rabu (22/4).

Baca Juga: Penjualan listrik turun, pendapatan usaha PLN ditaksir ambrol Rp 44 triliun dari RKAP

Potensi turunnya pendapatan Pertamina akibat wabah virus corona tentu bisa berdampak negatif juga bagi arus kas perusahaan ini.

Meski tidak menyebut nilai arus kas Pertamina terkini, Fajriyah bilang, pihaknya akan melakukan efisiensi di berbagai lini. Misalnya dengan pemangkasan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebanyak 23% di tahun ini.

Akibat pemotongan capex tersebut, Pertamina tentu akan lebih mengedepankan skala prioritas dalam menjalankan bisnis di sisa tahun ini. “Kami melakukan prioritasi capex dan mengedepankan quick win project namun tetap berkomitmen melanjutkan proyek strategis nasional,” kata Fajriyah.

Tak hanya capex, efisiensi juga dilakukan oleh Pertamina dengan memangkas belanja pengeluaran atau operating expenditure (opex) sebanyak 35% untuk tahun ini. Bentuk pengurangan opex tersebut bisa melalui prioritas program kerja serta usaha penghematan di level induk usaha hingga anak usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×