Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sementara itu, skenario sangat berat berlaku ketika ICP berada di level US$ 31 per barel dan rupiah jatuh ke level Rp 20.000 per dollar AS. Jika itu terjadi, maka pendapatan Pertamina dapat turun 44,66% dari target RKAP tahun ini menjadi US$ 26,03 miliar.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina tentu memiliki strategi untuk menjaga kesehatan keuangannya di tengah pandemi virus corona. Selain tetap mengoptimalkan produksi hulu migas, Pertamina juga berupaya mendorong penjualan BBM untuk konsumen industri supaya potensi penurunan pendapatannya bisa diminimalisir.
“Kami juga akan melakukan ekspor terhadap produk yang dalam kondisi kelebihan pasokan,” tukas dia, Rabu (22/4).
Baca Juga: Penjualan listrik turun, pendapatan usaha PLN ditaksir ambrol Rp 44 triliun dari RKAP
Potensi turunnya pendapatan Pertamina akibat wabah virus corona tentu bisa berdampak negatif juga bagi arus kas perusahaan ini.
Meski tidak menyebut nilai arus kas Pertamina terkini, Fajriyah bilang, pihaknya akan melakukan efisiensi di berbagai lini. Misalnya dengan pemangkasan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebanyak 23% di tahun ini.
Akibat pemotongan capex tersebut, Pertamina tentu akan lebih mengedepankan skala prioritas dalam menjalankan bisnis di sisa tahun ini. “Kami melakukan prioritasi capex dan mengedepankan quick win project namun tetap berkomitmen melanjutkan proyek strategis nasional,” kata Fajriyah.
Tak hanya capex, efisiensi juga dilakukan oleh Pertamina dengan memangkas belanja pengeluaran atau operating expenditure (opex) sebanyak 35% untuk tahun ini. Bentuk pengurangan opex tersebut bisa melalui prioritas program kerja serta usaha penghematan di level induk usaha hingga anak usaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News