kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Upaya Vale Indonesia (INCO) untuk Kurangi Emisi Karbon


Rabu, 28 Desember 2022 / 20:37 WIB
Ini Upaya Vale Indonesia (INCO) untuk Kurangi Emisi Karbon
ILUSTRASI. smelter pertambangan mineral nikel nickel PT Vale Indonesia Tbk INCO?di Sorowako, Sulawesi Selatan.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah mencanangkan target untuk mengurangi emisi karbon hingga 33% di tahun 2030 dan mencapai net zero emision carbon di tahun 2050 mendatang.

Direktur PT Vale Indonesia Tbk Bernardus Irmanto mengatakan perseroan telah membuat peta jalan untuk mencapai target tersebut, beberapa inisiatif juga telah dilakukan oleh INCO dalam menjalankan operasionalnya.

“Kami sudah memiliki roadmap yang cukup jelas untuk mencapai target pengurangan emisi karbon sampai dengan 2030. Beberapa inisiatif sudah dijalankan,” katanya kepada Kontan (28/12).

Dalam melakukan kegiatan produksinya, Vale Indonesia menerapkan prinsip suistainability operation yang berkomitmen penuh pada pelestaroan lingkungan. Prinsip ini tercermin dari berbagai upaya yang dilakukan dimana sumber energi utama yang digunakan dalam proses produksi berasal dari energi terbarukan.

Baca Juga: Tahun 2023, Korporasi di Berbagai Sektor Ramai-Ramai Menggarap Ekonomi Hijau

Salah satunya adalah dengan membangun 3 fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan total energi yang dihasilkan sebesar 365 MW, dengan rincian PLTA Larona dengan energi sebesar 165 MW, PLTA Balambano sebesar 110 MW, dan PLTA Karebe sebesar 90 MW.

Dari ketiga PLTA tersebut mampu menyuplai 94% kebutuhan energi listrik untuk pabrik produksi, dan memgurangi emisi karbon lebih dari 1 juta Ton Co2-Eq pertahunnya dibandingkan dengan tenaga pembangkit listrik berbahan bakar batubara, dan tentunya ini juga menghemat biaya operasional.

Sementara itu untuk mengurangi konsumsi energi fosil, perseroan menggunakan elektrik boiler untuk memproduksi uap yang berfungsi menjaga aliran sulfur cair dan produksi lainnya. Dari penggunaan ini perseroan mampu mengurangi penggunaan energi fosil sebanyak 59.199 barel minyak dan mampu mengurangi emisi karbon sebanyak 28.331 Ton Co2-Eq.

Perseroan juga menggunakan bahan bakar Biodesel B30 untuk menjalankan operasional kendaraan alat berat dan ringan. Dengan menggunakan bahan bakar Biodesel, perseroan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 61.600 Ton Co2-Eq.

Jika dihitung, sumber energi dari Vale Indonesia 36% menggunakan pembangkit listrik tenaga air, sisanya 64% menggunakan bahan bakar minyak, bio fosil, dan batu bara.

Selain terus berupaya melakukan inisiatif dalam operasionalnya, perseroan juga aktif melakukan proyek-proyek riset untuk pengurangan emisi carbon. Riset yang dilakukan diantaranya kajian pemanfaatan Biomassa sebagai reductan, kajian teknologi pwmbangkut tenaga surya, percobaan penggunaan kendaraan listrik, penambahan kapasitas PLTA, hingga pemanfaatan waste heat untuk renewable energy.

Baca Juga: Wamenkeu: Pajak Karbon Tujuannya Bukan untuk Penerimaan Negara

Sehingga dengan bergabungnya Vale Indonesia dalam Kadin Net Zero Emision bersama sama dengan perusahan lain yang mempunyai tujuan serupa dalam net zero emision carbon, hal ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi upaya perusahaan mencapai target net zero.

“Perusahaan bisa bertukar informasi atau bahkan melakukan joint effort untuk mencapai tujuan net zero. Bagi PT Vale kinerja perusahaan tidak hanya diukur dengan angka financial (profit) tetapi juga people dan planet. Kami ingin menjadi menjadi the most sustainable miner, dengan mengedepankan praktek-praktek berkelanjutan yang bisa menjadi tolok ukur bagi perusahaan lain,” kata Irmanto.

Sayangnya Irmanto enggan merinci investasi yang dikucurkan untuk program ini.

“Tentu saja butuh anggaran. Besar atau kecil sangat relatif. Yang jelas PT vale sangat berkomitmen untuk mencapai target ini," katanya.

Sebagai perusahaan penambangan nikel dengan kapasitas produksi kurang lebih 67 ton hingga 70 ton per tahun, ke depannya perseroan berkomitmen untuk menggunakan Energi Efisiensi, sehingga konsumsi energi bisa kita optimal kan, sehingga dapat mengimplementasikan 100% Renewable Energy, dengan harapan pabrik pengolahan nikel kita bisa menjadi ramah lingkungan. Perseroan juga turut melakukan Reforestation atau penghutanan kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×