kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Insentif jelas, ATPM siap produksi mobil hybrid


Senin, 04 Juni 2012 / 16:05 WIB
Insentif jelas, ATPM siap produksi mobil hybrid
ILUSTRASI. Pengunjung mengamati pesawat Garuda Indonesia bercorak khusus dengan visual masker


Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Edy Can


JAKARTA. Para agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil siap memproduksi mobil hydbrid bila aturan paket insentif sudah jelas. Mereka berharap pemerintah berharap pemerintah segera menetapkan aturan insentif ini.

Salah satu yang siap memproduksi mobil hybrid adalah PT Toyota Astra Motor (TAM). Presiden Direktur TAM Johnny Darmawan menjelaskan, untuk memproduksi mobil hybrid ini harus diperhitungan nilai ekonomis dan investasinya. Menurutnya, penjualannya harus mencapai 2.000 unit hingga 3.000 unit setiap bulan untuk mencapai nilai ekonomis.

Selain itu, dia bilang, harga mobil hybrid harus terjangkau oleh masyarakat. Dia mengusulkan, harga mobil hybrid harus tidak jauh berbeda dengan Toyota Kijang Innova karena pasar mobil yang paling banyak dikisaran Rp 200 jutaan. "Kalau harganya masih mencapai Rp 500 juta per unit tidak akan ada yang mau membeli," katanya akhir pekan lalu.

Bila aturan ini sudah jelas, TAM siap memproduksi mobil hybrid. Johny belum bisa menentukan apakah TAM akan menyiapkan produk yang sudah ada atau dengan model baru.

Yang jelas, dia menyatakan, mobil hybrid salah satu solusi terbaik dalam peralihan mobil yang menggunakan Bahan Bakar Minyak(BBM) karena jauh lebih irit dalam konsumsi bahan bakar. "Kalau yang dipilih adalah bahan bakar gas atau listrik secara infrastruktur masih belum siap dan membutuhkan investasi yang jauh lebih besar," ungkapnya.

PT Honda Prospect Motor(HPM) juga siap memproduksi dan memasarkan mobil hybrid di Indonesia. Jonfis Fandy Marketing and Aftersales Service Director HPM menuturkan, secara prinsip HPM siap memproduksi mobil hybrid tentunya dengan adanya investasi tambahan untuk menyiapkan sistem produksi khusus.

Menurut Jonfis, jika hanya memasarkan saja HPM juga tinggal mengimpor mobil hybrid dari Jepang karena di pasar mobil global sudah banyak. "Untuk bisa memproduksi dan mencatat nilai penjualan yang ekonomis diperlukan sosialisasi ke konsumen yang memakan waktu bisa satu - dua tahun," ujarnya.

Sebelumnya kepada KONTAN, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengatakan, pemerintah berencana memberikan sejumlah insentif fiskal dan non fiskal supaya harga hybrid yang mahal bisa menjadi lebih ekonomis. “Tentu kami bantu memberi insentif bagi produsen yang memang serius mengembangkan hybrid di Indonesia,” ungkapnya.

Pemerintah juga mengusulkan mobil hybrid diproduksi dengan kapasitas mesin 1.500 cc. Pemerintah juga memperhitungkan batas penyerapan kandungan lokal yakni sekitar 80%-90% sehingga harganya lebih terjangkau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×