Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen kayu dan mebel, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menyambut baik kebijakan pemerintah terkait relaksasi ekspor kayu jenis serut.
WOOD meyakini kebijakan ini akan berdampak positif bagi penjualan ekspor perseroan, terutama untuk produk building component.
“Kebijakan pemerintah dalam hal mendorong ekspor tentunya sudah tepat. Kami juga harapkan pemerintah dapat terus mendukung ekspor Indonesia ke depannya,” ujar Investor Relation Integra Indocabinet Fajar Andika, ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (9/7).
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Berniat Masuk ke Bisnis Perdagangan Karbon
Pemerintah lewat Kementerian Perdagangan memberikan relaksasi kebijakan ekspor khusus sektor pertanian. Kebijakan ini diambil pemerintah untuk menggenjot ekspor.
Untuk produk kayu surfaced on 4 sides (S4S), eased 2 edges (E2E) dan eased 4 edges (E4), pada Juli 2023-14 Juli 2024 diberikan relaksasi luas panampang. Dari sebelumnya yang dapat diekspor maksimal 10.000 mm2, menjadi 15.000 mm2.
Selain itu, juga diberikan fasilitas subsidi pembiayaan pengurusan laporan surveyor (LS) untuk pelaku usaha kecil dan mikro (UKM).
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 16 tahun 2021 tentang verifikasi atau penelusuran teknis di bidang perdagangan luar negeri dan Permendag 19 tahun 2021 tentang kebijakan pengaturan ekspor.
Di mana, kegiatan ekspor termasuk industri kehutanan wajib melakukan verifikasi atau penelusuran teknis oleh surveyor independen yang memenuhi ketentuan dan telah ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.
Sebagai informasi tambahan, 85%-90% pendapatan WOOD memang berasal dari pasar ekspor. Atas dasar hal itu, perseroan pun mendukung penuh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendorong laju ekspor produk kehutanan.
Per kuartal I-2023 penjualan WOOD turun 68% year on year (YoY) menjadi Rp 633 miliar, dari sebelumnya Rp 1,97 triliun pada kuartal I-2022.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemulik entitas induk juga menurun tajam hingga 87,49% yoy, dari semula Rp 206,61 miliar, menjadi Rp 25,82 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News