Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Inti Bangun Sejahtera Tbk menargetkan jumlah tower mencapai 4.500 unit sampai akhir tahun nanti.
Sepanjang tahun ini, hingga kuartal III/2017, perusahaan berkode saham IBST di Bursa Efek Indonesia itu membukukan pendapatan sebesar Rp 558,4 miliar atau tumbuh 9,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang ada di angka Rp 511,15 miliar.
Sebagai gambaran, bisnis IBST berfokus pada infrastruktur telekomunikasi yang meliputi persewaan menara telekomunikasi, persewaan peralatan dan mesin, persewaan peralatan jaringan, dan pemeliharaan menara.
Di antara beberapa jenis bisnis tersebut, pendapatan IBST sebagian besar masih ditopang oleh bisnis persewaan menara telekomunikasi, yang menyumbang sekitar 74% dari total pendapatan. Pada tahun 2016, jumlah menara IBST sudah mencapai 3.677 unit.
Alexander Runtuwene, Chief Financial Officer IBST mengatakan sampai akhir tahun ini pihaknya menargetkan bisa memiliki tower sebanyak 4.500 unit.
Adapun perusahaan baru saja membeli 371 menara milik PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) dengan nilai transaksi sebesar Rp 414 miliar atau setara dengan US$ 31 juta. “Jadi dengan transaksi ini, kita berharap sampai akhir tahun ini kita bisa mencapai angka tersebut," ujarnya di Jakarta, Kamis (30/11).
Dia menambahkan, perusahaan juga fokus pada bisnis fiber optik. Dengan menambah tower, kata Alexander, bisa memperkuat penyebaran fiber optik yang hampir di seluruh Indonesia, lantaran tower-tower milik PT STI kebanyakan berada di beberapa daerah yang belum menjadi fokus IBST.
"Jadi lokasinya cocok, lalu transaksi ini akan memperkuat IBST sendiri karena operator sekarang mulai roll out di lokasi yang kita bisa bilang match dengan tower STI, sehingga bisa menambah revenue IBST," imbuhnya.
Tahun depan, Alexander menyebut bahwa pihaknya tetap gencar menambah tower lagi, tidak hanya melalui pembangunan tetapi juga akuisisi. Sayangnya, dia enggan membeberkan berapa target tower dan perusahaan mana yang diincar. "Itu sulit untuk dibilang karena banyak hal yang menentukan transaksi itu bisa jalan atau enggak," pungkasnya. (Klaudia Molasiarani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News