kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Intiland Development (DILD) terus garap jaringan co-working space


Senin, 25 Maret 2019 / 19:00 WIB
Intiland Development (DILD) terus garap jaringan co-working space


Reporter: M Imaduddin | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Intiland Development Tbk merambah bisnis ruang kerja bersama atau co-working space. Bisnis ini dinilai berpotensi besar akibat pergeseran kebutuhan masyarakat dari ruang kerja konvensional ke co-working space.

Corporate Secretary Intiland Development Theresia Tustandi berpendapat bahwa saat ini tren menyewa ruang kecil untuk berkantor sangat tinggi. "Kebanyakan kalau harus sewa ruangan kantor itu lebih mahal. Sementara kebutuhannya mungkin juga belum terlalu luas dan jarang sekali ada kantor yang bisa menyewakan dalam jumlah yang gak terlalu besar. Itu sebabnya maka muncul tren ini," jelas Theresia kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).

Emiten properti berkode saham DILD ini mengelola co-working space bernama SUB.CO. Sejak resmi dibuka pada akhir 2015 lalu, SUB.CO sudah punya tiga tempat di Surabaya. Dua di Whiz Residence, Darmo Harapan dan satu di Spazio, Surabaya Barat. Ketiganya berkembang cukup baik dan punya okupansi yang tinggi.

"Okupansi rata-rata hampir penuh ya. Makanya SUB.CO bisa buka di beberapa lokasi karena biasanya yang satu sudah penuh," ungkapnya.

Private office yang disediakan SUB.CO memang menyasar para perusahaan rintisan atau start-up sebab dalam pengembangannya mereka membutuhkan ruang kerja privat yang memadai. Sementara untuk personal seat target pasarnya adalah para pekerja lepas atau freelancer.

"Kami start harga untuk personal seat Rp50.000 per jam. Untuk private office Rp7,5 juta per bulan. Fasilitas lengkap, ada free flow drinks, meeting room, open space untuk acara, dan lain-lain," tambah Theresia.

Untuk membangun satu area co-working space, Theresia mengaku butuh investasi sekitar Rp 1 miliar. Kebanyakan biaya tersebut untuk mempercantik interior. Namun pihaknya yakin bisnis co-working space mampu menyumbang pendapatan Rp 200 juta setiap bulannya. "Sebetulnya kalau ditargetkan itu tidak ada, tapi kalau pendapatan dirata-ratakan sih bisa sampai Rp200 juta per bulan, ya," katanya.

Rencananya, DILD akan membuka beberapa jaringan co-working space di beberapa portofolionya yang lain di Surabaya. Theresia mengatakan DILD juga membidik market Jakarta di masa depan, namun waktu dan jumlah pastinya masih dipelajari oleh pihaknya.

"Sebetulnya apapun yang based on sharing sedang tren dan jadi kebutuhan dari milenial. Nah ke depannya kalau memang pasar bertahan, kami fokuskan. Meskipun tentu kontribusinya untuk bisnis Intiland secara menyeluruh akan kecil," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×