Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam kerangka pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dilaksanakan dengan pendekatan lanskap hulu–hilir DAS, berfokus pada tiga pilar utama: ekologi, ekonomi, dan sosial.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dyah Murtiningsih, dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2023 KLHK di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2023.
Pencapaian kinerja RHL pada tahun 2023 mencapai 179.000 hektar, termasuk rehabilitasi mangrove sebesar 6.010 hektar di dalam dan di luar kawasan hutan. Pencapaian ini diakui sebagai sukses, mengingat tahun 2023 diwarnai fenomena El Nino, menyebabkan musim kemarau panjang dan perubahan pola hujan.
Baca Juga: KLHK: Akan Ada 65% Kawasan Hutan di IKN Nusantara
Dukungan penyediaan bibit RHL berasal dari 54 persemaian permanen, 6 pusat persemaian skala besar, dan kegiatan pembibitan di seluruh Indonesia. Jumlah total bibit yang disediakan mencapai 37,8 juta batang dari persemaian, ditambah 5,15 juta batang dari bibit produktif.
Pembangunan tiga pusat persemaian skala besar di Liang Anggang (Kalimantan Selatan), Kemampo (Sumatera Selatan), dan Mandalika (NTB) juga sedang berlangsung melalui kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta.
Selain penyediaan bibit, perencanaan menjadi aspek penting dalam RHL. PDASRH telah menyusun Rencana Umum (RU) RHL DAS yang merinci dalam Rencana Tahunan (RTn) RHL DAS, mempertimbangkan lahan kritis, daerah rawan bencana, kekritisan resapan air, dan DAS prioritas.
Rehabilitasi mangrove menggunakan Peta Mangrove Nasional yang direview berkala dan mengacu pada Road Map Mangrove 2021 – 2030.
Baca Juga: Perkuat daya dukung daerah aliran sungai, KLHK tingkatkan rehabilitasi hutan & lahan
Pelaksanaan RHL di tingkat tapak menggunakan skema swakelola dengan fokus pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Keberlanjutan setelah RHL dipertimbangkan dengan mendiversifikasi komoditas tanaman, seperti tanaman kayu keras berbuah (HHBK), buah-buahan, dan tanaman lokal untuk meningkatkan nilai ekonomi.
Sejak tahun 2022, penerapan geotagging dan drone mapping digunakan untuk memastikan dan meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan RHL. Kegiatan ini melibatkan setiap bibit yang ditanam tergeoreferensi spasial dan dipantau perkembangannya. Sistem informasi terintegrasi dan terkini juga dikembangkan sebagai hasil dari kegiatan ini, mencakup semua intervensi pengelolaan DAS secara umum.
Dyah Murtiningsih menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, sektor swasta, dan masyarakat adalah kunci kesuksesan RHL. Dukungan internasional juga penting untuk meningkatkan upaya RHL.
Baca Juga: Perkuat daya dukung daerah aliran sungai, KLHK tingkatkan rehabilitasi hutan & lahan
Salah satu inisiatif yang akan dikembangkan adalah World Mangrove Center – Bali Grand Park (WMC-BGP) sebagai pusat hub untuk kerjasama luar negeri dalam pengelolaan mangrove.
Selain itu, kegiatan penanaman pohon serentak dilakukan di seluruh provinsi pada tanggal 30 Desember 2023, sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim, pemulihan kualitas lingkungan, dan percepatan RHL untuk mencapai target NDC dan FoLU net sink 2030. Dyah Murtiningsih menegaskan bahwa semua upaya ini memerlukan kolaborasi lintas sektor dan dukungan semua pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
