kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi migas tersendat pandemi, begini tanggapan industri


Senin, 06 Juli 2020 / 18:38 WIB
Investasi migas tersendat pandemi, begini tanggapan industri
ILUSTRASI. Petugas berkomunikasi saat memeriksa Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020). Pertamina EP menargetkan produksi minyak pada t


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

Kondisi di Blok Masela pun dinilai jadi cerminan kondisi migas saat ini. "Ini masa sulit untuk industri migas," tutur Komaidi.

Dalam catatan Kontan, sepanjang tahun ini terjadi beberapa momen dimana para investor menarik diri dari proyek yang tengah dijajaki ataupun sedang berlangsung.

Baca Juga: Shell jual 35% saham di Blok Masela, ini taksiran perhitungan harganya...

Di awal tahun misalnya, perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil and Gas (OOG) akhirnya gagal mencapai kesepakatan dengan Pertamina untuk melanjutkan kerjasama pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Bontang. Bahkan belakangan Pertamina mengaku menunda sementara pengerjaan proyek kilang dengan investasi yang mencapai Rp 130 triliun tersebut.

Selain itu, Saudi Aramco pun akhirnya memutuskan mundur dari proyek Kilang Cilacap. Alasan mundurnya Aramco yakni terdapat selisih valuasi aset kilang eksisting mencapai US$ 1,1 miliar serta terjadinya pemunduran jadwal beberapa ksali untuk proyek tersebut.

Aramco akhirnya memilih fokus pada proyek lain yang dimiliki sehingga kerjasama pada proyek dengan investasi yang mencapai US$ 5,66 miliar ini urung terlaksana.

Selain itu, pada April lalu ada Pan Orient Energy East Jabung Pte Ltd yang menyatakan mundur dari pengelolaan Blok East Jabung. Adapun, mundurnya Pan Orient disebabkan terjadinya dry hole pada pengeboran Anggun-1. Padahal Blok tersebut baru saja memperoleh masa perpanjangan waktu eksplorasi pada Januari 2019 lalu.

Baca Juga: Harga minyak mentah bervariasi, Brent menguat 0,3% dan WTI turun 0,7% di hari ini

Jika pengeboran tetap dilanjutkan, maka potensi dry hole dapat kembali terjadi. Hal ini cukup memberatkan terlebih untuk satu kali pengeboran saja, operator harus merogoh kocek hingga US$ 30 juta.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×