Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pemerintah mengklaim saat ini banyak investor asing yang berminat menggarap proyek listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia. Saat ini sudah ada beberapa investor asing yang mulai menggarap pembangkit panas bumi meskipun dengan skala kecil.
Direktur Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yunus Saefulhak mencontohkan, perusahaan asal Italia, Enel Green Power S.p.A, ikut langsung dalam proses lelang Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) Way Ratai di Lampung dengan kapasitas 55 megawatt (MW). "Pemerintah menetapkan konsorsium PT Optima Nusantara bersama PT Enel sebagai pemenang lelang Way Ratai," kata Yunus.
Selain Enel, ada juga perusahaan asal Amerika, Ormat Technologies, Inc yang mengikuti lelang WKP Simbolon Samosir di Sumatera Utara. Pada lelang itu juga diikuti oleh perusahaan asal Jepang maupun China.
"China itu malah agresif sekali. KS ORKA Renewables Pte Ltd bahkan sudah ada di daerah Sorik Marapi di Sumatera Utara. Mereka juga sudah mengakuisisi saham PLTP Sukoria sehinga 95% dari KS Orka dan 5% milik PT Bakrie. Sekarang juga perusahaan China lainnya sedang mendekati Cisolok," imbuh Yunus.
Selain itu, perusahaan asal Inggris yaitu Green Energy Geothermal Ltd. (GEG) juga siap bekerjasama dengan Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk mengaktifkan pembangkit listrik kapasitas 2 MW yang saat ini mangkrak. Nantinya GEG akan menggunakan teknologi well head portable power plant.
"Kalau ini berhasil maka Direktorat Jenderal EBT akan membuat kebijakan untuk pembangkit kapasitas 2 MW dan 3 MW di Indonesia Timur akan menggunakan teknologi well head power plant ini. Saat ini kami sedang melakukan kajian mengenai harga keekonomiannya," katanya.
Yunus menyebut total nilai investasi proyek panas bumi hingga pertengahan September 2016 mencapai US$ 560 juta atau setara Rp 7 triliun. Total investasi ini sekitar 58,3% dari target yakni US$ 960 juta. Adapun kapasitas PLTP per September 2016 mencapai 1.493,5 MW atau mencapai 90% dari target 2016 sebesar 1.653,5 MW.
Meskipun mengklaim banyak investor asing berminat menggarap listrik panas bumi, saat ini pemain lama yang juga pemain besar yakni Chevron Pacific Indonesia malah ingin hengkang. Saat ini mereka tengah menawarkan aset pembangkit panas bumi yakni PLTP Salak berkapasitas 370 MW dan PLTP Derajat dengan kapasitas 240 MW. Informasi terakhir ada 14 calon investor yang berminat membelinya.
Bantuan Bank Dunia
Proyek pembangkit listrik panas bumi ini memang tengah jadi fokus pengembangan pemerintah. Bahkan Bank Dunia atawa World Bank memberikan hibah kepada pemerintah Indonesia melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk pengembangan wilayah kerja panasbumi (WKP) Wai Sanook, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Saat ini proyek ini telah menyelesaikan proses eksplorasi geologi, geofisika, dan geokimia. Selanjutnya akan segera masuk proses pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan. "Agustus 2018 aktivitas pengeboran akan dimulai," jelas Yunus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News