Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor Jepang semakin gencar berinvestasi properti di Indonesia. Tidak hanya investor eksisting, perusahaan baru juga mulai berdatangan berkolaborasi dengan sejumlah pengembang untuk membangun beragam proyek.
Terbaru datang dari Sumitomo Corporation. Perusahaan ini telah menjalin kerja sama patungan dengan PT Sentul City Tbk (BKSL) untuk mengembangkan tiga tower apartemen di CBD Sentul City Bogor dengan potensi penjualan mencapai Rp 2 triliun.
Penandatangan kerja sama dilakukan pada 28 November 2017 lalu di mana porsi Sumotomo sebesar 70% dan sisanya digenggam BKSL. Peluncuran tower pertamanya akan Dilakukan mulai tahun 2018.
Sementara sebelumnya, Sumitomo Forestry Singapura Ltd yakni anak usaha dari perusahaan pengolahan kayu dan bahan bangunan asal Jepang Sumitomo Forestry Co,.Ltd bekerjasama dengan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengembangkan kluster perumahan di Summarecon Bekasi sebanyak 160 unit di lahan 4,4 ha.
Porsi Sumitomo Forestry dalam kerja sama patungan tersebut 49%. Total investasi yang akan digelontorkan untuk kolaborasi tersebut sebesar US$ 30 juta.
Lalu, Creed Group bekerjasama dengan PT Grahabuana Cikarang yakni anak usaha PT Jababeka Tbk (KIJA) membentuk perusahaan patungan mengembangkan proyek Jababeka Golf Residence seluas 3,7 ha.
Lahan ini akan dikembangkan menjadi kawasan mixed use yang akan menyasar segmen menengah atas. Tahap pertama, telah diluncurkan satu tower apartemen sewa bertajuk Kawana Golf Residence sebanyak 234 unit dengan investasi Rp 300 miliar.
Creed Group merupakan perusahaan properti asal Negeri Sakura yang telah berdiri sejak 1996. Porsi perusahaan ini dalam perusahaan patungan tersebut 40% dan selebihnya dimiliki Grahabuana Cikarang.
Selain itu, konsorsium perusahaan Jepang yang dipimpin oleh Mitsubishi Corporation baru-baru ini juga menjalin kerja sama dengan Sinar Mas Land melalui PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) pada awal Oktober 2017. Mereka akan mengembangkan kawasan mixed-use premium di BSD City seluas 19 hektare (ha) dengan nilai investasi lebih dari Rp 3,38 triliun.
Anggota konsorsium lainnya adalah Hanshin Electric Railway Corporation, Nishi-Nippon Railroad Corporation, and Keikyu Corporation, di mana merupakan perusahaan transportasi dengan pengalaman yang panjang dalam mengembangkan properti berorientasi transit (TOD).
BSDE dan konsorsium Jepang tersebut telah membentuk perusahaan joint venture PT BSD Diamond Development. Perusahaan patungan tersebut mengembangkan proyek mixed use yang di dalamnya nanti akan terdapat 1.000 unit rumah tapak dan ruko dan rencananya akan diluncurkan awal tahun depan.
Sedangkan PanaHome Asia Pacific Pte. Ltd. berpartner dengan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) untuk mengembangkan proyek residensial di kota Deltamas dengan investasi Rp 3 triliun. Keduanya telah membentuk perusahaan patungan yakni PT Panahome Deltamas Indonesia dengan kepemilikan masing-masing 49% dan 51%.
Keduanya akan mengembangkan proyek residential dengan sustainable smart town yang terintegrasi dengan kawasan industri Greenland International Industrial Center (GIIC) seluas sekitar 30 ha - 40 ha hingga tahun 2026. Tahap pertama akan dikembangkan tahun depan seluas 13 ha.
Selain investor-investor tersebut, ada juga perusahaan Jepang yang mengembangkan bisnis properti di Indonesia tanpa menggandeng partner lokal yaitu Tokyu Land Indonesia. Perusahaan ini sedang menggarap dua proyek yaitu Branz Simatupang dan Branz BSD.
Sutedja Darmono, Direktur Utama Grahabuana Cikarang mengatakan, pihaknya berkolaborasi dengan Creed Group karena memang investor tersebut sudah memiliki pengalaman cukup lama mengembangkan bisnis properti di negaranya.
"Selain itu, kita memang ingin mengembangkan proyek dengan konsep Jepang karena pasar ekspatriat asal negara tersebut sangat besar di timur Jakarta. Dan Konsep Jepang ini terkenal dengan kualitasnya, "kata Sutedja.
Presiden Direktur BKSL Keith Steven mengatakan, pihaknya memilih berkolaborasi dengan partnert Jeoang untuk mengembangkan proyek inovatif, ramah lingkungan dan bertaraf internasional di Sentul City.
"Kami juga mencari mitra untuk melakukan pengembangan CBD Sentul City yang membantu kita dari sisi pendanaan sehingga tidak memberatkan cash flow kami, " kata Steve, Kamis (7/12).
Sementara Adrianto P Adhi, Direktur Utama SMRA sebelumnya mengatakan, kolaborasi yang dilakukan dengan perusahaan Jepang untuk menghasilkan produk properti yang memiliki kualitas tinggi.
Ferry Salanto, Senior associate Director Research Colliers International Indonesia mengatakan, investor Jepang sebetulnya sudah lama masuk ke bisnis properti di Indonesia. Hanya saja, belakangan ini ekspansi investor negeri sakura tersebut semakin gencar terutama dengan mulai munculnya nama-nama baru.
"Jadi tidak benar kalau dibilang ada pergeseran investasi perusahaan Jepang dari sektor Otomotif dan Manufaktur ke Properti. Di setiap sektor itu tetap ada ekspansi, hanya saja di properti semakin marak baru-baru ini. Jadi ini bukan fenomena baru. " kata Ferry pada KONTAN, Kamis (7/12).
Ferry bilang, investor Jepang semakin tertarik masuk ke sektor properti di Indonesia karena mereka melihat pasar Indonesia masih sangat menarik dalam jangka panjang meskipun dalam dua tahun ke depan masih akan lemah.
Sementara di Jepang saat ini yield untuk investasi sangat kecil sehingga banyak investor asal negeri Sakura itu mengincar negara lain untuk mengembangkan uangnya.
"Bagi investor Jepang yang baru masuk ke Indonesia mereka memilih untuk berpartner dengan pengembang lokal yang sudah berpengalaman, " kata ferry.
Sedangkan pengembang lokal banyak memilih berparnert dengan investor Jepang belakanganya karena tiga faktor. Pertama, kata Ferry, pengembang lokal ingin memanfaatkan jaringan Jepang karena saat ini Komunitas Jepang di Indonesia sudah sangat besar.
Kedua, produk Jepang terkenal dengan kualitasnya. Oleh karena itu, pengembang lokal ingin berkolaborasi untuk menghasilkan produk properti yang memiliki kualutas tinggi. Dan ketiga, investor Jepang memiliki kapitalusasi yang cukup besar.
Ferry melihat, ke depan potensi investor Jepang masuk ke bisnis properti di Indonesia masih sangat besar terutama di Jabodetabek. Saat ini, Colliers sendiri sedang menangani sekitar 5 -10 calon klien asal Jepang yang ingin masuk ke Indonesia. " Penjajakan mereka ke Indonesia sudah lama sekitar 2 tahun terakhir, " ungkap Ferry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News