kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor Jepang tertarik masuk bisnis limbah cair sawit


Minggu, 25 Februari 2018 / 22:22 WIB
Investor Jepang tertarik masuk bisnis limbah cair sawit
ILUSTRASI. PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS ASIAN AGRI


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor Jepang tertarik menanamkan investasi pengolahan limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi algae di Kawasan Teknopolitan sawit di Pelalawan, Riau.

Dari aspek ekonomi, teknologi ini ini membantu perusahaan maupun petani dalam peningkatan kesejahteraan karena dapat memperoleh benefit dari penjualan alga (ganggang) berbasis limbah. Bukan itu saja, pengolahan limbah sawit ini menekan emisi gas rumah kaca di industri sawit sesuai program pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Bupati Pelalawan HM.Harris mengatakan kedatangan investor dari Jepang ini merupakan bentuk dukungan pengembangan Kawasan Teknopark Sawit Pelalawan. Selain itu, kehadiran investasi teknologi pengolahan limbah sawit ini punya dampak positif dan bernilai tambah bagi perekonomian masyarakat petani sawit yang modern. Karena itu, Pemerintah Daerah Pelalawan berjanji akan memudahkan perizinan dengan tetap mengacu regulasi daerah dan pusat.

“Dukungan lain adalah kawasan Tekno Park ini mempunyai luas 3.700 hektare yang terbagi enam zona kawasan untuk pembangunan pabrik,” ujarnya akhir pekan lalu.

Di Pelalawan, jumlah pabrik sawit mencapai 27 unit dan enam diantaranya mempunyai fasilitas penangkapan gas metan (methane capture). Sedangkan, 21 unit lain tidak dilengkapi methane capture dengan total kapasitas pengolahan berjumlah 1.125 ton TBS per hari atau setara 900 ton POME per jam. Potensi inilah yang menjadi pertimbangan investor Jepang untuk membangun fasilitas produksi alga.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyebutkan ada delapan unit pabrik sawit dalam radius 20 kilometer di kawasan Tekno Park yang dapat memasok 360 ton POME per jam untuk diolah menjadi alga. Konsorsium Investor Jepang menjadi pembeli siaga (offtaker) produk alga tersebut. Direncanakan alga tadi dapat diolah lagi menjadi docosahexaenoic acid (DHA).

Menurut Sahat, teknologi pengolahan limbah cair menjadi algae mempunyai efek multi ganda (multiplier effect) kepada perekonomian lokal dan petani rakyat. Apabila dibangun fasilitas pengolahan alga, maka dibutuhkan konsorsium bersama antara investor Jepang dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Keterlibatan BUMD inilah yang akan berkontribusi kepada kas pemasukan daerah. Sementara itu, bagi pabrik sawit tidak lagi bergantung kepada penjualan minyak sawit mentah (CPO) apabila sudah ada produk alga dapat meningkatkan produk alga tersebut.

“Teknologi ini dapat mengurangi jumlah kolam limbah sawit di pabrik, sehingga dapat mengurangi pengeluaran gas emisi rumah kaca. Artinya, pengolahan limbah cair ini berdampak positif kepada lingkungan dan program pemerintah,” kata Sahat.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×