Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Produsen produk poliester asal Taiwan, Lealea Enterprise Co., Ltd. menyatakan minat investasi pabrik di Indonesia. Dikutip dari Bloomberg, Lealea Enterprise berencana mendirikan basis produksi senilai US$ 50 juta di Indonesia. Lealea Enterprise menyatakan akan menggunakan dana sendiri atau dengan pembiayaan dari lembaga keuangan.
Lealea Enterprise diketahui memproduksi turunan poliester untuk tekstil seperti polyester chip, polyester filament, polyester textured yarn, nylon textured yarn, dan lainnya. Hasil produksinya diekspor ke sejumlah negara seperti Asia, Amerika Utara, China, Jepang, dan Eropa.
Namun, minat investasi tersebut belum sampai ke Kementerian Perindustrian. Achmad Sigit Dwiwahyono, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian yang masih belum mendengar minat investasi Lealea Enterprise.
“Belum, masih kami telusuri. Kalau keinginan dari investor Taiwan sih dari dulu banyak. Tapi kami lihat dari izin prinsip dan realisasinya,” ujar Achmad kepada KONTAN, Kamis (22/12).
Sedangkan Harris Munandar, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin membenarkan keberadaan Lealea Enterprise namun tidak bisa mengkonfirmasi soal rencana pembangunan pabrik. “Memang betul Lealea perusahaan Taiwan dan bergerak di TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Tapi, belum valid data investasinya karena belum ada pengajuan resmi. Setelah mereka sudah firm investasi di Indonesi abaru mereka daftar dan mendapatkan izin prinsip,” ujar Harris kepada KONTAN, Kamis (22/12).
Harris mengatakan, belakangan ada delegasi pengusaha Taiwan yang difasilitasi Dato Sri Tahir dari Mayapada Group, namun Lealea Enterprise tidak masuk dalam daftar delegasi tersebut. “Dia tidak masuk rombongan,” kata Harris.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) Redma Wirawasta mengaku sudah pernah mendengar kabar investor Taiwan yang ingin masuk ke Indonesia. Hanya saja investor tersebut nampaknya urung investasi karena melihat pasar poliester di Indonesia yang sekarang kurang menjanjikan.
“Dua tahun lalu asosiasi Taiwan, sudah bicara tapi sampai saat ini belum realisasi. Sepertinya mereka menghitung bahwa saat ini polyester di Indonesia saja sudah oversupply dan kondisi berdarah-darah. Yang ada saja semua rugi karena barang dari China masuk super murah, bahkan tidak bisa dilawan oleh Taiwan,” kata Redma kepada KONTAN, Kamis (22/12).
Redma mengatakan, asosiasi Taiwan yang mengatakan minat investasi tersebut saat itu mulai mencari lokasi untuk membangun pabrik. “Mereka bilang mau investasi di Bandung dan lagi negosiasi tanah,” ujar Redma.
Menurut Redma, pasar poliester di Indonesia sedang tidak menjanjikan untuk berinvestasi. Produsen lokal saja masih berjuang agar barangnya terserap pasar domestik karena bersaing dengan barang impor asal China. “Dari tahun lalu, produksinya turun sekitar 15% sedangkan utilisasinya tahun ini turun dari rata-rata 60% menjadi 50%,” ujar Redma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News