Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto
Harga rokokĀ menjadi mahal dan orang tidak lagi mudah membeli rokok. "Keadaan demikian akan memaksa orang berhenti merokok. Dengan berhenti merokok, orang akan merasa menjadi sehat," katanya.
Jika kondisi demikian yang terjadi, maka ada kepentingan utama tetap memenangkan persaingan harga antara produk-produk tembakau dengan produk-produk obat-obat pengganti nikotin dari korporasi-korporasi farmasi internasional yang sama-sama menjual nikotin.
Mengutip data World Smoking-Cessation Drug Market 2010-2025, dia memprediksi dalam 15 tahun ke depan, pertumbuhan menyeluruh dari pemasaran produk-produk NRT akan meningkat. Peningkatan tersebut berasal dari kelompok negara-negara BRIC, yakni Brazil, Rusia, India, China, dan Indonesia.
"Hampir separuh perokok dunia tinggal di wilayah BRIC ini, tetapi kelompok negara ini termasuk berpendapatan per kapita rendah hingga daya beli terhadap obat-obat NRT yang relatif mahal itu saat ini masih rendah," sebut Gabriel.
"Ada kepentingan dari kelompok anti tembakau mendorong agar harga rokok di Indonesia mencapai Rp50-RP100 ribu. Harga ini memang mendekati produk NRT yang saat ini beredar di pasar di kisaran harga Rp 58 ribu sehingga produk itu bisa kompetitif dengan harga rokok," Gabriel membandingkan. (Choirul Arifin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News