kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.354.000   33.000   1,42%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Isu Udang Radioaktif Diproyeksi Guncang Ekosistem Perikanan dari Hulu hingga Hilir


Kamis, 23 Oktober 2025 / 19:20 WIB
Isu Udang Radioaktif Diproyeksi Guncang Ekosistem Perikanan dari Hulu hingga Hilir
ILUSTRASI. Petani mengumpulkan udang hasil panen di tambak Budi Daya Udang Ramah Iklim di Lalombi, Donggala, Sulawesi Tengah (16/6/2025). Panen perdana tambak udang vaname berbasis pendekatan Climate Smart Shrimp (CSS) di tambak ini mencatat hasil menggembirakan dengan produksi lebih dari 50 ton pada panen yang dilakukan selama tiga hari 10-12 Juni. Keberhasilan ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan model budi daya udang berkelanjutan yang mengintegrasikan teknologi, konservasi, dan ketahanan pangan biru. Konservasi Indonesia/Eko Siswono Toyudho


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu kontaminasi radioaktif pada ekspor udang beku Indonesia ke Amerika Serikat (AS) diproyeksikan dapat mengguncang ekosistem perikanan nasional dari hulu hingga hilir.

Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan mengatakan, dampak dari isu tersebut tidak hanya menekan kinerja ekspor, tetapi juga berpotensi merembet ke sektor hulu seperti petambak, pabrik pakan, hingga tenaga kerja di pabrik pengolahan.

“Masalah ini bisa merembet ke mana-mana, bukan hanya ke sektor hilir seperti pemasaran produk, tapi juga ke hulu seperti pada petambak, keluarga mereka, hingga pabrik pakan dan nutrisi yang akhirnya berhenti beroperasi,” ujar Dani kepada Kontan, Kamis (23/10/2025).

Menurut Dani, ketergantungan tinggi terhadap pasar AS membuat setiap kebijakan seperti temuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) langsung menekan rantai pasok udang di dalam negeri. 

“Share ekspor udang Indonesia ke Amerika cukup besar. Jadi, ketika pasar itu terganggu, otomatis produksi nasional ikut tertekan,” jelasnya.

Meskipun Indonesia termasuk lima besar eksportir udang dunia, pangsa pasarnya baru sekitar 6%, masih tertinggal dibanding Ekuador, India, Vietnam, dan Tiongkok. 

Baca Juga: Sertifikasi Impor AS Jadi Ujian Baru bagi Ekspor Udang Indonesia

Namun, Dani menilai posisi Indonesia tetap strategis, sehingga gangguan sekecil apa pun berpotensi menimbulkan guncangan besar.  

“Ini jadi pelajaran penting. Pemerintah harus memperkuat sertifikasi dan pendampingan agar produk udang Indonesia memenuhi standar keamanan pangan internasional,” ujar Dani.

Ia menambahkan, dampak isu radioaktif kini juga terasa di tingkat petambak, khususnya di Jawa dan Lampung dua wilayah dengan unit pengolahan ikan terbesar di Indonesia. 

Ketika ekspor ke AS tertunda, pabrik menahan pembelian dari petambak sehingga stok menumpuk dan harga jatuh.  

“Petambak di Lampung melaporkan harga udang kini di bawah normal,” ungkap Dani.

Pemerintah disebut telah berkoordinasi dengan otoritas AS dan menunjuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai lembaga pemberi sertifikasi bebas Cesium 137 yang diakui FDA.

Baca Juga: Produk Udang Indonesia Tersandung Kasus Radioaktif, Eksportir Tuntut Transparansi Uji

Namun, Dani menilai langkah cepat masih dibutuhkan untuk mengurus ribuan kontainer yang terlanjur dikirim tanpa sertifikat lengkap.  

“Kalau tidak segera dibereskan, potensi PHK bisa makin besar,” tegasnya.

Dani menegaskan, industri udang merupakan penyerap tenaga kerja besar, terutama di lini pengupasan yang masih dikerjakan manual.  

“Kalau pasar Amerika tertutup terlalu lama, dampaknya bukan cuma ke petambak, tapi juga ke pekerja di pabrik-pabrik pengolahan,” ujarnya.

Sebelumnya, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 132 karyawan akibat penurunan produksi dan tekanan pasar ekspor ke AS. 

Sekretaris Perusahaan PMMP, Christian Jonathan Sutanto, mengatakan langkah itu merupakan bagian dari efisiensi biaya, meliputi rasionalisasi terhadap 58 karyawan tetap dan 74 karyawan harian.

Baca Juga: Pemerintah Perkuat Ekosistem Udang Hadapi Tantangan Tarif dan Isu Radioaktif

Selanjutnya: 4 Penyebab Muncul Jerawat Setelah Pakai Sunscreen, Bukan Hanya Formula!

Menarik Dibaca: 4 Penyebab Muncul Jerawat Setelah Pakai Sunscreen, Bukan Hanya Formula!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×