Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam buka suara soal kelanjutan langkah perseroan usai LG Energy Solution Ltd (LGES) keluar dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia, yaitu Proyek Titan.
Untuk diketahui, dalam proyek ini Antam akan berperan sebagai pemasok bahan baku baterai EV berbasis nikel atau Nikel Mangan Kobalt (NMC).
Menurut Faisal Alkadrie, Corporate Secretary Antam pihaknya akan tetap berkomitmen mendukung Proyek Titan sebagai bagian dari strategi hilirisasi nikel Indonesia.
"Pergantian mitra tidak mengubah target utama proyek, yaitu pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik," ungkap Faisal saat dihubungi Kontan, Kamis (24/04).
Lebih lanjut, Faisal menyebut ANTAM akan berkoordinasi secara intensif dengan pemerintah terkait penyesuaian mitra ini, guna memastikan kelangsungan proyek tetap sejalan dengan kebijakan dan prioritas nasional.
Baca Juga: ESDM Sebut Mundurnya LG Tak Ganggu Hilirisasi Nikel
Dalam Proyek Titan, khususnya sektor hulu terkait pertambangan bahan baku baterai, Antam tercatat memiliki rencana untuk membangun smelter nikel yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Tidak hanya smelter, nantinya proyek ini juga juga turun pada produksi katoda, prekursor, dan baterai hingga battery recycle yang rencananya akan dibangun di Indonesia.
Namun, perkembangan proyek Titan dengan LG ternyata berhenti pada tahap feasibility study atau studi kelayakan.
Perusahaan asal Korea Selatan tersebut memutuskan melepas proyek kemudian digantikan dengan anggota konsorsium lainnya, yaitu Huayou Holding (Zhejiang Huayou Cobalt).
Dalam keterangan terbarunya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan bahwa proyek ini bukan dibatalkan oleh pihak LG, namun pemerintah Indonesia yang memutusakan tidak melanjutkan kerjasama.
"Tadi dikatakan bahwa dari sana memutus, sebetulnya untuk lebih tepatnya dari kami yang memutus," ungkap Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (23/4).
Rosan menyebut, pemutusan investasi dari LG berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
"Itu kenapa dikeluarkan surat itu, karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama. Sedangkan kita kan ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat, karena negosiasinya sudah berlangsung 5 tahun," terang Rosan.
Baca Juga: Meski Cabut dari Proyek Titan, Hyundai Pastikan LG Tetap Lanjutkan Proyek Baterai EV
Selanjutnya: Penjualan Rumah Eksisting di AS Turun ke Level Terendah Sejak 2022
Menarik Dibaca: Bingung Memilih Pipa uPVC yang Aman untuk Keluarga? Simak Tips dari Vinilon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News