Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
Menurut catatan Ridwan, kapasitas produksi kloset nasional hanya berkisar antara 2 juta - 3 juta unit per tahunnya. Sementara itu, angka permintaan yang ada jauh melebihi kapasitas produksi nasional, yaitu berkisar antara 4 juta hingga 6 juta unit tiap tahunnya sehingga masih terbuka peluang yang cukup besar untuk mengisi celah tersebut.
Selain itu, adanya program-program pemerintah seperti misalnya Program Sejuta Rumah diyakini menjadi peluang bisnis yang bisa mengerek permintaan produk-produk sanitasi ke depannya.
Baca Juga: Mark Dynamics Indonesia (MARK) tingkatkan kapasitas produksi 18% tahun depan
Di sisi lain, MARK juga cukup diuntungkan oleh lokasi pabrik perseroan yang terletak di Sumatera Utara. Pasalnya, Ridwan mencatat bahwa hingga kini belum terdapat pabrik kloset di Sumatera Utara.
Oleh karenanya, selama ini kebutuhan kloset di Sumatera biasanya dipenuhi dengan cara mendatangkan produk kloset di daerah lain atau dengan cara mengimpor.
Hal ini membuat harga produk-produk kloset yang didatangkan menjadi lebih mahal, sebab ukuran bobot dan dimensi kloset yang besar membutuhkan biaya pengangkutan yang tidak sedikit.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih 2019 MARK Hanya Tumbuh Satu Digit, Ini Penyebabnya
Dengan demikian, produk kloset MARK bisa memiliki keunggulan dari segi harga di pasar kloset Sumatera pada nantinya.
Selain memiliki peluang yang besar, diversifikasi usaha ke bisnis sanitasi masih bertalian dengan bisnis cetakan sarung tangan.
“Bahan baku dari kloset ini sebagian bisa diambil dari sisa bahan baku cetakan sarung tangan yang juga terbuat dari keramik,” ujar Ridwan.
Sebagai lini usaha yang masih baru, Ridwan memperkirakan segmen penjualan produk sanitasi belum akan memiliki porsi yang cukup besar dalam penjualan perseroan di tahun 2020.
Namun demikian, Ia berharap kehadiran lini usaha baru ini bisa turut mengerek kinerja penjualan perseroan pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News