Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Dia menegaskan, okupansi hotel di Bali memang masih sangat bergantung dari kunjungan wisatawan mancanegara. Anton pun berharap, adanya KTT G20 tahun depan bisa lebih signifikan menggerakkan industri perhotelan di Bali.
Dengan catatan, varian baru Covid-19 Omicron tidak menjalar dan mencuatkan kasus baru, sehingga pemulihan pariwisata bisa terus berjalan. Juga tidak menimbulkan pembatasan mobilitas masyarakat secara ketat.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, JSPT memproyeksikan kinerja perhotelan, khususnya di Bali bisa tumbuh kembali pada Semester II-2022. "Harapan kami varian baru ini tidak sampai jauh lebih buruk, sehingga kedatangan turis asing bisa naik, dan meningkatkan kinerja di tahun 2022," ujar Anton.
Tingkat Okupansi
Mencuatnya kasus Covid-19 dan Pembatasan mobilitas masyarakat (PPKM) memang berdampak signifikan bagi tingkat okupansi hotel. Anton memberikan gambaran, merosotnya pendapatan JSPT hingga Q3-2021 tak lepas dari adanya PPKM darurat dan level 4 pada bulan Juli dan Agustus.
Namun setelah kasus covid-19 lebih terkendali dan level PPKM diturunkan, performa okupansi hotel pun merangkak naik. Meski, kenaikan okupansi di Bali masih jauh lebih rendah dibandingkan hotel JSPT di wilayah Jakarta dan Jawa.
Anton menerangkan, rata-rata okupansi hotel JSPT di Bali baru berkisar di level 20%. Namun untuk rata-rata okupansi hotel di Jakarta dan Jawa per November lalu bisa mencapai 70%. Bahkan di hari tertentu, tingkat okupansi di beberapa hotel bisa mencapai 90%-100%.
Meski belum bisa merinci proyeksi kinerja JSPT hingga tutup tahun 2021, tapi Anton meyakini kinerja di akhir tahun bisa meningkat ketimbang di Q3-2021. "Saya nggak bisa sebut angka untuk capaian di akhir 2021. Tapi dengan indikasi di atas, kami yakin di Q4 performa kami akan jauh lebih baik," tandas Anton.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur JSPT Jefri Darmadi menyampaikan sejumlah strategi perusahaan untuk tetap bisa menjaga kinerja di tengah kondisi yang masih tak menentu. JSPT berupaya menekan semua biaya operasi serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan mengoptimalkan teknologi dan memperbaiki sistem. "Perseroan berusaha meningkatkan pendapatan, efisiensi, aset, dan pengelolaan neraca yang seimbang," pungkas Jefri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News