Reporter: Merlinda Riska | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTa. Bisnis hotel masih jadi fokus usaha yang ditekuni PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. Maklum, bisnis hotel mendatangkan aliran pendapatan yang tiada henti.
Nah, hingga Juni 2015, Jakarta Setiabudi membelanjakan Rp 100 miliar atau 16,67% dari total anggaran belanja modal senilai Rp 600 miliar tahun ini. Jakarta Setiabudi memanfaatkan Rp 100 miliar itu untuk membeli lahan di Belitung, Bangka-Belitung seluas 17,5 hektare (ha) dan lahan di Solo, Jawa Tengah.
Di Belitung, perusahaan berkode saham JSPT di Bursa Efek Indonesia itu akan membangun hotel dan resor. Kalau di Solo, perusahaan itu masih fokus menambah lahan lagi.
Jakarta Setiabudi memang memasukkan agenda menambah landbank alias tabungan lahan sebagai salah satu rencana penggunaan dana belanja modal tahun ini. "Ke depan kami akan terus menambah landbank di wilayah pariwisata, seperti Belitung dan kota-kota lain di luar Jabodetabek," ujar LE Chandra, Direktur PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk selepas rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Kamis (11/6).
Selain menambah landbank, Jakarta Setiabudi akan memakai dananya untuk mengembangkan sejumlah proyek. Sebut saja mixed-use di Mega Kuningan, Jakarta. Perusahaan itu akan mengisi mixed-use itu dengan hotel, perkantoran, area ritel dan gedung pertemuan.
Biaya investasi pengembangan mixed-use itu Rp 3 triliun. Pengembangan proyek itu akan dilakukan secara berkelanjutan dalam beberapa tahun alias multiyears. Tahun ini, Jakarta Setiabudi menyiapkan dana Rp 70 miliar. Dana tersebut bakal dipakai untuk membayar konsultan dan menyelesaikan desain proyek.
Jakarta Setiabudi belum bisa memastikan, waktu memasang tiang pancang atawa groundbreaking, apakah di tahun ini atau tahun depan. Pasalnya, perkembangan penyelesaian desain mixed-use di Mega Kuningan itu baru 50%. "Ini pun masih bisa berubah, tergantung kondisi pasar dan ekonomi," terang Wakil Presiden Direktur PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk Purwo Hari Prawiro.
Dominasi hotel
Proyek-proyek hotel juga bakal memanfaatkan dana belanja modal tahun ini. Contohnya di Bali, Jakarta Setiabudi akan melanjutkan pembangunan hotel Andaz Bali dan renovasi hotel Hyatt. Target penyelesaian kedua proyek tersebut adalah tahun 2017. Ketika beroperasi nanti, mereka berharap kedua hotel itu berkontribusi US$ 40 juta.
Pengembangan hotel juga dilakukan di Semarang. Di jantung kota Jawa Tengah itu, Jakarta Setiabudi akan mengembangkan hotel bujet.
Jakarta Setiabudi memang menaruh perhatian besar di bisnis hotel. Maklum, pendapatan berulang alias recurring income hotel menjadi tulang punggung pendapatan. Dus, tahun ini perusahaan itu menaksir pendapatan berulang hotel masih menjadi kontributor utama pendapatan.
Namun, prediksi kondisi ekonomi yang sulit di tahun ini, membikin Jakarta Setiabudi tak menargetkan kinerja agresif. "Minimal pertumbuhan sama seperti tahun lalu," ujar Chandra.
Sepanjang tahun 2014, pendapatan berulang hotel tercatat Rp Rp 788,72 miliar, atau setara dengan kontribusi 59,12% terhadap total pendapatan Rp 1,33 triliun. Sisa kontribusi pendapatan berasal dari penjualan unit apartemen, sewa perkantoran, real estat, sewa pusat ritel dan jasa manajemen.
Dominasi pendapatan berulang hotel belum berubah di kuartal I-2015. Di triwulan pertama tahun ini, pendapatan berulang hotel Rp 170,03 miliar, atau setara dengan 60,31% terhadap total pendapatan Rp 281,95 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News