kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45894,86   -13,68   -1.51%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangan tanya lagi! Freeport tak bangun smelter baru, cuma ekspansi smelter eksisting


Minggu, 15 November 2020 / 09:51 WIB
Jangan tanya lagi! Freeport tak bangun smelter baru, cuma ekspansi smelter eksisting
ILUSTRASI. Smelter Smelting Gresik


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Freeport Indonesia tak akan membangun smelter baru di Gresik, Jawa Timur. Sebagai gantinya, perusahaan bersama PT Smelting dan Mitsubishi Material Corp memilih untuk melakukan ekspansi smelter di Gresik, Jawa Timur yang akan selesai 2023 mendatang. 

Saat ini kapasitas produksi konsentrat di smelter Gresik baru 1 juta ton per tahun dan akan menjadi 1,3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.

Riza Pratama Juru Bicara PT Freeport Indonesia mengatakan, pada Jumat, 13 November telah ditandatangani MoU ekspansi PT Smelting (PTS) oleh Mitsubishi Material Corporation (MMC) dan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif. 

"Ekspansi pabrik peleburan dan pemurnian tembaga di Gresik yg berdiri sejak 1996 ini bertujuan meningkatkan kapasitas PT Smelting dari 1 juta ton menjadi 1,3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan pembiayaan dari PTFI," ungkap dia ke KONTAN.co.id, hari ini.

Kata dia, ekspansi PT Smelting ini merupakan pemenuhan kewajiban PT Freeport Indonesia terkait pengolahan dan/atau pemurnian konsentrat di dalam negeri. "Pekerjaan ekspansi PT Smelting ini dijadwalkan untuk selesai pada tahun 2023," ujar Riza.

Sayangnya, saat ditanya soal pembangunan smelter baru, Riza hanya mengatakan bahwa hal itu masih belum diputuskan oleh Menteri ESDM. "Ini opsi selain membangun Smelter baru. Komitmen PTFI masih sama," terang dia.

Sebelumnya, Chief Executive Officer Freeport McMoran Richard Adkerson mengungkapkan ketimbang membangun smelter baru, pihaknya menawarkan alternatif lain.

"Sebagai alternatif, ketimbang membangun smelter baru (sebaiknya) memperluas kapasitas smelter eksisting dan menambah pabrik logam mulia," ujar Richard dalam conference call kuartal III Freeport McMoran, dikutip Selasa (27/10).

Kendati demikian, Richard memastikan perluasan kapasitas smelter eksisting pun tidak akan mampu memproses seluruh produksi konsentrat dimasa mendatang.

Untuk itu, ia memastikan perlu ada persetujuan pemerintah untuk ekspor konsentrat yang tidak mampu ditampung smelter eksisting yang akan diperluas.

Ia menambahkan, hal ini telah dibahas dengan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jika tawaran ini diterima maka Freeport siap membayar bea untuk ekspor konsentrat yang tak terserap.

Menurutnya, penawaran ini juga akan menguntungkan kedua belah pihak. "Kami akan terhindar dari mega proyek konstruksi ini dan keuntungan finansial yang sangat positif bagi pemerintah," ujar Richard.

Masih menurut Richard, di tengah situasi pandemi ini pemerintah Indonesia, sama seperti negara-negara lain juga mengalami tantangan situasi finansial.

Ia menjelaskan, dalam proses divestasi 2018 silam PTFI berkomitmen untuk membangun smelter baru dimana pembahasannya berlangsung bertahun-tahun pasalnya proyek tersebut dinilai tidak ekonomis bagi semua pihak.

Disisi lain, Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport McMoran Kathleen Quirk mengungkapkan investasi untuk smelter baru memakan biaya lebih besar ketimbang usulan perluasan smelter eksisting.

"Estimasi sebelumnya untuk smelter baru US$ 3 miliar dan estimasi untuk perluasan smelter Gresik untuk 30% perluasan sekitar US$ 250 juta dan jumlah yang sama untuk pemurnian logam mulia," ujar Kathlee.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×