Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Marga (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut dampak dari pandemi Covid-19 sehingga terjadinya penurunan volume lalu lintas jalan tol.
Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur menyebutkan perusahaan telah melakukan berbagai upaya dan strategi untuk terus meningkatkan performa perusahaan. "Kami melakukan beragam strategi efisiensi terhadap seluruh pengeluaran usaha, baik terkait operasional maupun investasi," ujarnya kepada kontan.co.id belum lama ini.
Selain itu, emiten berkode saham JSMR di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga terus mendorong transformasi digital dan pemanfaatan teknologi di bidang operasi untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, ia mengakui dampak pandemi Covid-19 cukup memberikan imbas pada kinerja.
Baca Juga: Dongkrak kinerja, Temas (TMAS) berencana tambah 7 unit kapal baru pada 2021
Akibatnya, pendapatan tol diproyeksikan lebih rendah 20% dari tahun 2019 sejalan dengan turunnya volume lalu lintas. "Hal ini juga berdampak pada laba bersih perusahaan yang turun secara proporsional," ucapnya.
Sebagai gambaran, pada 2019 perusahaan plat merah ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 26,34 triliun. Adapun jalan tol berkontribusi sebesar Rp 10,13 triliun. Sementara itu, laba bersih JSMR di 2019 tercatat sebesar Rp 2,2 triliun.
Terbaru, beberapa ruas tol miliknya mengalami penyesuaian tarif yaitu Tol Depok-Antasari (Desari) dan Tol Simpang Susun Waru-Bandara Juanda. Berdasarkan keterangan resmi, kenaikan tarif Tol Desari untuk kendaraan golongan I-III sebesar Rp 500. Sementara, untuk kendaraan golongan IV-V naik Rp 1.000.
Sayangnya, Subakti belum menegaskan apakah nantinya penyesuaian tarif tersebut dapat mengurangi penurunan pendapatan tahun ini.
Baca Juga: Produk penanggulangan Covid-19 mendominasi transaksi Indofarma (INAF)
Di sisi lain, hingga Oktober 2020 JSMR telah menggelontorkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 6,6 triliun untuk induk maupun anak perusahaan. "Kami proyeksikan hingga akhir tahun penyerapan capex mencapai Rp 9,5 triliun," sebutnya.