kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jika restrukturisasi utang berhasil, kinerja Garuda (GIAA) baru bisa pulih di 2023


Rabu, 10 November 2021 / 07:05 WIB
Jika restrukturisasi utang berhasil, kinerja Garuda (GIAA) baru bisa pulih di 2023


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih berjibaku dalam upaya restrukturisasi utang dan penyehatan perusahaan. Sekalipun restrukturisasi menemui titik terang, namun pemulihan kinerja operasional dan bisnis Garuda tak bisa instan.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmojo membeberkan, kondisi keuangan maskapai penerbangan GIAA secara teknikal dalam kondisi bangkrut (technically bankrupt).

Pasalnya, ekuitas GIAA saat ini negatif hingga US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 40 triliun, dengan tambahan negatif ekuitas setiap bulannya mencapai US$ 100 juta - US$ 150 juta atau RP 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun.

"Kalau dalam kondisi seperti ini, istilah perbankan sebenarnya technically bankrupt, tapi legaly (secara hukum) belum. Ini yang sekarang kita berusaha bagaimana bisa keluar dari situasi ini," kata Tiko, sapaan akrab Kartika dalam Rapat Kerja Menteri BUMN dengan Komisi VI, Selasa (9/11).

garyBaca Juga: Rapat dengan Sri Mulyani, Anggota DPR Misbakhun: Garuda ini mau kita apakan?

Nasib Garuda pun ditentukan oleh persetujuan skema restrukturisasi oleh kreditur. Tiko menekankan, restrukturisasi Garuda juga akan sangat bergantung kepada persetujuan lessor, lantaran sekitar 65% nilai utang Garuda ada di Lessor.

Kata dia, selama ini Garuda membukukan penambahan utang yang signifikan setiap bulannya karena pendapatan (revenue) Garuda yang masih landai, dibandingkan dengan kenaikan biaya (cost) yang dikeluarkan.

"Kami mencoba mencari rumusan bagaimana bisa keluar dari permasalahan ini. Yang paling utama adalah transformasi bisnis. Karena kami memahami Garuda di masa lalu banyak inefisiensi, baik dari sisi rute, operasional, dan sebagainya," sambung Tiko.

Setidaknya ada lima elemen utama dalam business plan Garuda yang baru. Pertama, mengoptimalkan route network dengan hanya mengoperasikan rute-rute penerbangan yang profitable.

Fokus awal adalah rute-rute penerbangan domestik dan rute-rute penerbangan internasional tertentu dengan tujuan volume kargo.

Kedua, menurunkan jumlah pesawat Garuda dan Citilink dari 202 pesawat di 2019 menjadi 134 di 2022 dan 188 di 2026 agar selaras dengan route network yang telah dioptimalkan, dan menurunkan tipe pesawat dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis untuk mensimplifikasi operasional pesawat.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×