Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lippo Group telah menyiapkan dan menjalankan strategi omnichannel yang mengawinkan layanan digital dengan jaringan usaha konvensional yang membuat ekosistem bisnis lain pun ramai mengekor strategi tersebut.
Melihat fenomena tersebut, Direktur Eksekutif Lippo Group, John Riady mengungkapkan kolaborasi antara lini bisnis konvensional dan digital merupakan keniscayaan di dalam lanskap bisnis era digital.
“Dalam konteks di Indonesia, bisnis konvensional dan digital tidak bisa dilakukan secara fragmentasi maupun parsial. Kemunculan perusahaan teknologi itupun masih juga membutuhkan infrastruktur bisnis konvensional. Ini mengapa Alibaba membeli Departement Store atau di sini Tokopedia dengan MPPA,” ungkap John dalam keterangan resminya, Selasa (15/3).
Baca Juga: Terus Jualan, Porsi Kepemilikan Temasek di Saham Matahari (MPPA) Tersisa 5,15 Persen
John bilang, Lippo Group turut mengedepankan pengembangan ekonomi digital, termasuk transformasi grup secara keseluruhan. Untuk itu Lippo Group melalui PT Multipolar Tbk (MLPL) dijadikan sebagai lengan investasi pada sektor digital, mengingat sedikitnya 40 perusahaan teknologi telah disokong pendanaannya.
Meski demikian, John Riady tidak melepas tentakel bisnis konvensional yang menjadi fondasi Lippo Group. Salah satu dari empat strategi bisnis digital yang dirintis John adalah mengawinkan entitas bisnis digital dengan ekosistem Lippo Group untuk mengokohkan bisnis secara berkelanjutan.
“Kalau dari sisi operasional, selayaknya menerapkan omnichannel yang mengawinkan layanan digital dan fisik, karena biar bagaimanapun transaksi belanja misalnya, sekitar 60% dilakukan offline. Sedangkan untuk model pengembangan, yang terbaik adalah kolaborasi untuk membangun ekosistem yang kuat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, John menambahkan digitalisasi yang tengah berlangsung masif juga tidak bisa dihadapkan vis a vis dengan praktik bisnis konvensional.
Baca Juga: Lippo Group Meneken Stakeholder Capitalism Metrics di Level Global
Secara sederhana hal ini salah satunya disebabkan faktor demografi yakni besarnya kelompok usia yang membutuhkan pengalaman berbelanja secara fisik. Hal inilah yang mendorong Alibaba untuk mencaplok jaringan department store terbesar di China.