kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

John Riady Ungkap Strategi Lippo Group Sukses Membangun Bisnis Omnichannel


Selasa, 15 Maret 2022 / 13:49 WIB
John Riady Ungkap Strategi Lippo Group Sukses Membangun Bisnis Omnichannel
ILUSTRASI. John Riady Ungkap Strategi Lippo Group Sukses Membangun Bisnis Omnichannel


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lippo Group telah menyiapkan dan menjalankan strategi omnichannel yang mengawinkan layanan digital dengan jaringan usaha konvensional yang membuat ekosistem bisnis lain pun ramai mengekor strategi tersebut.

Melihat fenomena tersebut, Direktur Eksekutif Lippo Group, John Riady mengungkapkan kolaborasi antara lini bisnis konvensional dan digital merupakan keniscayaan di dalam lanskap bisnis era digital.

“Dalam konteks di Indonesia, bisnis konvensional dan digital tidak bisa dilakukan secara fragmentasi maupun parsial. Kemunculan perusahaan teknologi itupun masih juga membutuhkan infrastruktur bisnis konvensional. Ini mengapa Alibaba membeli Departement Store atau di sini Tokopedia dengan MPPA,” ungkap John dalam keterangan resminya, Selasa (15/3).

Baca Juga: Terus Jualan, Porsi Kepemilikan Temasek di Saham Matahari (MPPA) Tersisa 5,15 Persen

John bilang, Lippo Group turut mengedepankan pengembangan ekonomi digital, termasuk transformasi grup secara keseluruhan. Untuk itu Lippo Group melalui PT Multipolar Tbk (MLPL) dijadikan sebagai lengan investasi pada sektor digital, mengingat sedikitnya 40 perusahaan teknologi telah disokong pendanaannya.

Meski demikian, John Riady tidak melepas tentakel bisnis konvensional yang menjadi fondasi Lippo Group. Salah satu dari empat strategi bisnis digital yang dirintis John adalah mengawinkan entitas bisnis digital dengan ekosistem Lippo Group untuk mengokohkan bisnis secara berkelanjutan.

“Kalau dari sisi operasional, selayaknya menerapkan omnichannel yang mengawinkan layanan digital dan fisik, karena biar bagaimanapun transaksi belanja misalnya, sekitar 60% dilakukan offline. Sedangkan untuk model pengembangan, yang terbaik adalah kolaborasi untuk membangun ekosistem yang kuat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, John menambahkan digitalisasi yang tengah berlangsung masif juga tidak bisa dihadapkan vis a vis dengan praktik bisnis konvensional.

Baca Juga: Lippo Group Meneken Stakeholder Capitalism Metrics di Level Global

Secara sederhana hal ini salah satunya disebabkan faktor demografi yakni besarnya kelompok usia yang membutuhkan pengalaman berbelanja secara fisik. Hal inilah yang mendorong Alibaba untuk mencaplok jaringan department store terbesar di China.

“Sektor atau perusahaan tradisional ini memiliki nilai lebih untuk startup. JD.id melakukan hal sama, karena di China itu, total pasar ritel modern baru sekitar 50%, online 30%, sisanya pasar tradisional,”ungkap John.

Sedangkan di Indonesia, 60% transaksi masih dijaring pasar tradisional, ritel modern 30%, sedangkan pasar daring baru 10%. “Karena itu strategi yang terbaik masih Omni, mengkombinasikan antara digital dan riil,” tegasnya.

Baca Juga: Axiata Group dan XL Axiata Akuisisi 66% Saham Link Net (LINK) Senilai Rp 8,72 Triliun

John pun bilang, strategi inipun yang melatari kerjasama MPPA dengan GoTo. Sebab MPPA yang memiliki jaringan ritel di seluruh Indonesia itupun kini telah meluncurkan pula 31 toko virtual.

Di samping itu, perkawinan bisnis digital dengan konvensional yang terbukti efektif itulah memicu sejumlah entitas bisnis mengekor Lippo, salah duanya adalah pembentukan usaha patungan antara PT Bukalapak Tbk (BUKA) dengan Trans Retail Indonesia dan afiliasi Erajaya Group sekaligus kehadiran PT Mitra Belanja Anda yang merupakan kongsi anak usaha Erajaya serta Grand Lucky Group.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×