Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai salah satu perusahaan kopi tertua di Indonesia, PT Santos Jaya Abadi (SJA) tak gentar hadapi persaingan di tahun mendatang. Perusahaan yang terkenal dengan brand Kapal Api ini siap melawan kompetitor baru di era industri 4.0 lewat pengembangan merek/brand.
Managing Director, PT Santos Jaya Abadi Paulus I. Nugroho, menjelaskan saat ini pihaknya diberkati tren penikmat kopi di dunia yang terus berkembang. Namun tantangan tentu bermunculan salah satunya di era yang meminjam istilah Founder & Chairman MarkPlus, Inc, Hermawan Kartajaya istilah VUCA (Volatility-Uncertainty-Complexity-Ambiguity).
"Kita sudah lama berbisnis di Indonesia. Tapi di era VUCA tak menjamin bisnis terus jalan karena segala sesuatu bisa terjadi," jelas Paulus kepada Kontan.co.id, Kamis (7/12).
Saat ini SJA menaungi berbagai banyak merk. Oleh karena itu pihaknya menyiapkan transformasi bisnis, manajemen dan menjalankan strategi marketing tepat untuk menjadi market leader.
Paulus menjelaskan saat ini pihaknya merupakan pabrikan kopi yang punya brand di semua level. Dengan memiliki banyak brand tersebut pihaknya menerapkan strategi global untuk bisa mengkoneksikan konsumen lokal. "Dengan punya banyak brand kita bisa punya pasukan banyak untuk lawan kompetitor," jelas Paulus.
Menurutnya dengan punya brand kuat seperti Kapal Api tak cukup. "Bakal ada brand baru lagi. Saya harap tahun depan atau paling lambat dua tahun lagi," jelas Paulus.
Sebagai informasi PT Santos Jaya Abadi (SJA) menaungi beberapa merek baik produk kopi, sereal, biskuit maupun permen. Untuk kopi, SJA memiliki merek seperti Kapal Api, Good Day, Excelso, Kopi Ya, Kopi ABC, Fresco, Kopi Kapten.
Untuk produksi, ada pabrik di Karawang untuk distribusi penjualan area Indonesia barat, dan pabrik di Sidoarjo untuk memenuhi pasar Indonesia Timur. "Pasar Indonesia timur terus berkembang di era Jokowi," jelas Paulus.
Membahas bisnis kopi, saat ini menurutnya pihaknya masih di masa fase ketiga. Fase pertama yakni kopi sebagai produk massal layaknya penjualan kopi sachet. Fase kedua, disebut speciality coffee yang diperkenalkan oleh Starbucks. Fase ketiga adalah artisan coffee.
Dan saat ini menurutnya akan memasuki masa fourth wave. "Fase ini baru diraba-raba. Ada yang bilang ini fase kopi yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Tapi saya tidak peduli. Kita mau kembangkan fase ketiga dulu," jelas Paulus.
Menyadari bahan baku kopi yang terus berkurang, SJA tak tinggal diam. Untuk pengembangan bahan baku kopi yang berkualtias tinggi, pihaknya menyiapkan kebun di Toraja. "Kita punya kebun disana yang punya standar tinggi dan juga mengembangkan kopi luwak disana," jelasnya.
Asal tahu, SJA masuk dalam group Kapal Api Global (KAG) yang didirikan tahun 2009. Dalam naungan KAG, ada unit bisnis yang menopang bisnis lain, seperti, PT Agel Langgeng yang menjual permen dan biscuit, Excelso Café yang merupakan kafe, PT Fastrata Buana sebagai perusahaan untuk distribusi produk ke seluruh Indonesia, PT Sulotco Jaya Abadi yang mengoperasikan perkebunan kopi, PT Santos Premium Krimer yang memproduksi krimer dan PT Weiss Tech yang memproduksi mesin produksi kopi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News