kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,08   -10,42   -1.13%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin Sebut Proyek Hilirisasi Mineral Selain Nikel Juga Hadapi Tantangan


Minggu, 08 Oktober 2023 / 21:15 WIB
Kadin Sebut Proyek Hilirisasi Mineral Selain Nikel Juga Hadapi Tantangan
ILUSTRASI. Foto udara aktivitas pemurnian nikel di areal pabrik smelter milik PT Antam di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (17/12/2022). Kadin Sebut Proyek Hilirisasi Mineral Selain Nikel Juga Hadapi Tantangan.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menceritakan program hilirisasi pada masing-masing komoditas mineral menghadapi tantangannya sendiri.

Namun, jika bisa menarik benang merah masalah, sejatinya setiap komoditas memerlukan kepastian pasar hilir agar industrialisasi dapat terwujud. 

Ketua Komite Tetap Minerba Kadin Indonesia, Arya Rizqi Darsono menilai program hilirisasi yang dicanangkan oleh pemerintah adalah program yang sangat baik sebagai jalan bagi Indonesia menuju negara industri. Pun dengan begini, Indonesia berhak menentukan nasib sendiri tanpa harus didikte oleh negara lain.  

Hilirisasi juga adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 yang telah diubah menjadi Undang-Undang No 3 Tahun 2020, di mana setiap penambang diwajibkan untuk melakukan Peningkatan Nilai Tambah.

Baca Juga: Pasokan Bahan Baku ke Smelter Melambat, Pengusaha Minta Roadmap Hilirisasi Dievaluasi

Dengan hilirisasi, potensi ekonomi yang didapatkan tentunya akan bertambah baik dari sisi penerimaan negara maupun lapangan kerja dan lainnya. 

Meski begitu, program hilirisasi tidak semudah itu dijalankan. Ada banyak tantangan tersendiri  yang mendera tiap-tiap komoditas mineral. 

Misalnya di sektor bauksit. Setelah diberlakukan moratorium ekspor bijih bauksit pada pertengahan tahun ini, terjadi kelebihan pasokan bijih bauksit karena hanya ada empat fasilitas pemurnian yang mampu menadah produksi nasional. 

Rizqi menerangkan, jika melihat data produksi 2022, Indonesia memproduksi 27 juta ton bijih bauksit. Sedangkan fasilitas pemurnian hanya bisa menyerap 14 juta ton. Apabila jumlah produksi tetap sama, akan ada idle 13 juta ton bijih bauksit.  Tentu ini berpengaruh pada kelangsungan bisnis penambang. 

“Kemudian dari sisi tembaga, saat ini masih diberikan relaksasi ekspor (konsentrat tembaga) sampai tahun depan karena melihat progress pembangunan smelter yang sudah melampaui 50%,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/10). 

Baca Juga: Tak Lagi tambah Tenant, Ini Penjelasan CEO Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)

Dalam catatan Kontan.co.id, sektor tembaga harus membuktikan penyelesaian pembangunan smelter di tahun depan untuk menghadapi tantangan berupa kebijakan pelarangan ekspor konsentrat tembaga. 

Kemudian dari komoditas timah, hilirisasi sudah selesai karena Indonesia sudah bisa memproduksi timah dengan tingkat kemurnian yang tinggi yaitu 99,99%. Bahkan sudah ada bursa komoritas sendiri untuk timah sehingga proses jual beli sudah transparan. 

Namun, dalam informasi yang dirilis dalam website Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, hingga saat ini timah dijadikan komoditas ekspor karena terbatasnya ekosistem industri pelanggan akhir di dalam negeri seperti elektronik, konstruksi, manufaktur makanan kaleng dan perusahaan food & beverages (F&B). 

Demikian halnya dengan teknologi dan tenaga kerja. Keterbatasan pengetahuan dalam pengolahan timah tingkat lanjut dan inovasi hilirisasi yang dapat mendorong peningkatan produk dan operasional menjadi tantangan besar. Begitu juga keterbatasan insentif pajak dan kurangnya dukungan finansial.

Baca Juga: Pasokan Bijih Nikel untuk Smelter Melambat, Ini Respon Kementerian ESDM




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×