Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Karyawan maskapai penerbangan Merpati khawatir maskapai pelat merah itu mengalami pailit seperti yang dialami oleh Batavia Air. Kekhawatiran itu disampaikan oleh Heri Wardana, Dewan Pengawas dan Dewan Pakar Forum Pegawai Merpati (FPM) di Jakarta, Jumat (1/2).
Menurut Heri, kekhawatiran mereka cukup beralasan, sebab Merpati Nusantara Airlines tahun 2012 lalu merugi sebesar Rp 1 triliun. Kerugian tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Merpati.
Bila kerugian itu terjadi lagi, maka, tidak menutup kemungkinan Merpati mendapatkan nasib yang sama dengan Batavia Air. "Kami tidak mau Merpati menyusul Batavia," kata Heri.
Tahun lalu, kerugian Merpati berasal dari beban utang kepada Pertamina yang potensi default. Kemudian utang kepada Asuransi Jasindo yang belum dilunasi. "Akhirnya semua terbuka dengan sendirinya, perusahaan merugi Rp 1 triliun di 2012," ujar Heri.
Saat ini, Heri khawatir, sebab konsumsi fuel Merpati mulai dibatasi. Sebelumnya konsumsi fuel Rp 3,5 miliar per hari, kini dijatah Rp 2 miliar per hari. "Jelas itu akan mengurangi rute, dan tentunya akan mengurangi pendapatan perusahaan," kata Heri.
Masalah tidak berhenti sampai di situ, kini karyawan menerima gaji dengan cara dicicil selama empat kali. Hal ini mulai terjadi sejak Januari 2013 melalui surat edaran No SE/DF/05/I/2013. Agar Merpati tidak pailit menyusul Batavia Air, FPM berharap pembuat kebijakan segera memberikan solusi. (M Zulfikar/Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News