Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Kondisi itu tercermin dari permintaan domestik merosot. Sehingga, serapan batubara dalam negeri tak akan mencapai target. Dari yang semula direncanakan sebesar 155 juta ton, kini diperkirakan hanya mampu mencapai 141 juta ton.
Tak hanya di dalam negeri, permintaan (demand) batubara global pun anjlok. Alhasil, dari target ekspor batubara sebesar 395 juta ton. Hingga Oktober ini realisasinya baru mencapai 232,3 juta ton atau 58,81% dari rencana.
Baca Juga: Tren harga masa pandemi tak jadi jaminan ekspansi perusahaan emas bakal berkilap
Hal lain yang menjadi cermin kontraksi sektor batubara ialah pergerakan harga. "Harga batubara mengalami penurunan dari US$ 66,89 di Februari, menjadi US$ 49,42 per ton di September," sambung Airlangga.
Sektor batubara yang mengalami kontraksi juga berdampak terhadap investasi tambang secara keseluruhan. Dari target investasi sebesar US$ 7,7 miliar, realisasinya baru mencapai US$ 2,1 miliar atau masih 27,16% dari target.
Selanjutnya: Jokowi ingin stop ekspor batubara mentah, begini realisasi ekspor lima tahun terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News