Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menagih percepatan nilai tambah batubara. Hilirisasi ini dinilai perlu untuk mendongkrak pemanfaatan batubara di dalam negeri. Dengan begitu, Presiden Jokowi ingin agar ekspor batubara sebagai komoditas mentah bisa segera dihentikan.
"Saya ingin agar dicarikan solusi untuk mengatasi kelambanan pengembangan industri turunan batubara ini. Karena kita sudah lama sekali, mengekspor batubara mentah, sehingga saya kira memang harus segera diakhiri," tegas Jokowi dalam Rapat Terbatas Percepatan peningkatan nilai tambah batubara pada Jumat (23/10).
Bersama dengan sawit, selama ini batubara telah menjadi komoditas andalan yang menjadi tumpuan utama Indonesia dalam mengeduk devisa. Ekspor batubara pun terus digenjot, bahkan 75% dari produksi batubara nasional selalu dijual ke luar negeri.
Baca Juga: Penambang batubara minta roadmap hilirisasi komprehensif
Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dalam lima tahun terakhir, peningkatan produksi batubara selalu beriringan dengan lonjakan volume ekspor. Pada tahun 2015, volume ekspor batubara tercatat 367 juta ton dengan nilai sebesar US$ 16 miliar.
Pada 2016, volume ekspor batubara naik tipis menjadi 370 juta ton dengan nilai US$ 15 miliar. Setahun kemudian, volume ekspor emas hitam ini menanjak lagi menjadi 389 juta ton. Diikuti oleh tren kenaikan harga, nilai ekspor batubara tahun 2017 mencapai US$ 20 miliar.
Pada 2018, volume ekspor batubara dari Indonesia mencapai 429 juta ton dengan nilai US$ 24 miliar. Pada tahun lalu, volume ekspor sudah menyentuh 455 juta ton dengan nilai US$ 22 miliar.
Melihat data tersebut, dalam lima tahun terakhir, volume ekspor batubara konsisten mengalami peningkatan. Sedangkan untuk nilai ekspor, tergantung dari pergerakan harga batubara saat itu.
Baca Juga: Ekspor batubara mentah, Jokowi: Harus segera diakhiri
Namun, hingga pertengahan tahun ini, ekspor batubara Indonesia dikabarkan mengalami penurunan baik secara volume maupun nilai. Pergerakan harga dan pasar batubara menjadi penyebabnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, volume ekspor batubara hingga Juli 2020 masih sebesar 238 juta ton dengan nilai US$ 10,13 miliar. Jumlah tersebut turun 11% dibandingkan realisasi volume ekspor pada periode Januari-Juli 2019 yang sebesar 266 juta ton. Sedangkan nilai ekspor batubara juga anjlok 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 12,36 miliar.
"Penurunan kinerja ekspor batubara disebabkan dampak pandemi Covid-19, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan batubara di pasar global," jelas Arifin secara daring acara 30 tahun Perhapi, Senin (14/9) lalu.