kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.847   -30,00   -0,18%
  • IDX 6.433   -8,40   -0,13%
  • KOMPAS100 921   -1,92   -0,21%
  • LQ45 718   -5,19   -0,72%
  • ISSI 203   1,01   0,50%
  • IDX30 375   -2,88   -0,76%
  • IDXHIDIV20 455   -3,77   -0,82%
  • IDX80 104   -0,55   -0,52%
  • IDXV30 111   -0,83   -0,74%
  • IDXQ30 123   -0,81   -0,66%

KCI wajibkan KRL dikosongkan setelah tiba di stasiun akhir, kenapa?


Selasa, 30 Juni 2020 / 14:57 WIB
KCI wajibkan KRL dikosongkan setelah tiba di stasiun akhir, kenapa?
ILUSTRASI. Petugas menggunakan face shield dan masker di Stasiun Kota Bogor, Selasa (9/6/2020). Pihak stasiun menerapkan protokol kesehatan kepada petugas dan penumpang KRL commuter line untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat jumlah pengguna KRL semakin meningkat setiap pekannya sejalan dengan pembukaan kembali berbagai sektor perekonomian pada masa PSBB Transisi.

Pada Senin (29/6) kemarin, jumlah pengguna KRL kembali mencatatkan rekor tertinggi di masa pandemi Covid-19 yaitu sebanyak 393.498 pengguna. Adapun, jumlah ini meningkat 10% dibandingkan dengan pada Senin pekan lalu.

VP Corporate Communications KCI Anne Purba menjelaskan, berdasarkan hasil dari pengamatan petugas di sejumlah stasiun dan keluhan yang disampaikan pelanggan, banyak penumpang orang yang naik KRL ke stasiun-stasiun yang menjadi titik pemberangkatan.

Baca Juga: Waduh, jumlah pengguna KRL Jabodetabek naik 9% hari ini

"Padahal stasiun tujuan mereka berada di arah sebaliknya. Mereka naik KRL ke arah yang sesungguhnya berlawanan dengan stasiun tujuannya agar dapat naik kereta dengan cepat tanpa harus mengikuti penyekatan dan antrean pengguna di stasiun," kata Anne melalui keterangan resmi, Selasa (30/6).

Sebagai contoh, pada pagi hari sejumlah orang dengan tujuan akhir Stasiun Gondangdia naik dari Stasiun Cilebut. Namun bukannya menunggu kereta di peron arah ke Jakarta Kota, mereka menunggu kereta di peron arah ke Bogor yang tidak ada penyekatan karena memang arah tersebut berlawanan dengan pola pergerakan mayoritas penumpang pada jam sibuk.

Selain itu, para penumpang kemudian menaiki kereta arah ke Bogor yang memang kosong. Sesampainya di Stasiun Bogor, mereka tetap duduk, tidak turun dari kereta dan langsung menunggu kereta berangkat kembali ke arah Jakarta Kota.

Menurutnya, kondisi serupa terjadi pada sore hari, pengguna dengan tujuan Bogor atau Bekasi ada juga yang memilih untuk naik kereta tujuan Jakarta Kota lebih dahulu. Di Stasiun Jakarta Kota, mereka menunggu di dalam hingga kereta berangkat kembali ke arah sesuai stasiun tujuannya.

"Perilaku ini sebenarnya telah ada sejak masa sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, sebagian pengguna KRL menempuh cara ini untuk mendapatkan tempat duduk selama perjalanan menggunakan KRL," ujar Anne.

Namun, pada masa pandemi dengan berbagai pembatasan yang ada, tindakan tidak bertanggung jawab semacam ini membuat jumlah pengguna dari stasiun pemberangkatan tidak dapat dimuat maksimum ke dalam kereta.

Dampaknya, antrean kereta di stasiun menjadi tidak lancar. Tindakan sebagian pengguna membuat ribuan orang harus mengantre lebih lama lagi di stasiun.

Baca Juga: Penumpang KRL melonjak, KCI minta pengusaha terapkan shift kerja

Oleh karena itu sesampainya di stasiun, petugas pengamanan saat menyisir kereta juga akan meminta seluruh pengguna yang ada untuk turun. Setelah itu juga mengosongkan kereta sebelum diisi pengguna yang telah menunggu di peron.

"Para pengguna tersebut jika ingin kembali menggunakan KRL harus melakukan tap out di gate elektronik stasiun kemudian mengantre kembali dari titik awal antrean di stasiun pemberangkatan," tegasnya.

Anne menyebut, hal ini agar mereka yang hendak menyiasati antrean dapat diedukasi dan tidak coba-coba lagi melakukan hal serupa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×