kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.220   -84,00   -0,52%
  • IDX 7.893   101,21   1,30%
  • KOMPAS100 1.117   11,96   1,08%
  • LQ45 830   6,60   0,80%
  • ISSI 263   5,24   2,03%
  • IDX30 429   3,31   0,78%
  • IDXHIDIV20 492   4,68   0,96%
  • IDX80 124   0,93   0,75%
  • IDXV30 128   0,92   0,73%
  • IDXQ30 138   1,74   1,27%

Permintaan Minyak Global Tahun 2025 Diprediksi Melambat, Hanya 680.000 Barel per Hari


Rabu, 13 Agustus 2025 / 21:38 WIB
Permintaan Minyak Global Tahun 2025 Diprediksi Melambat, Hanya 680.000 Barel per Hari
ILUSTRASI. Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global melambat tahun ini. REUTERS/Todd Korol


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global melambat tahun ini karena kondisi ekonomi yang melemah dan pengiriman minyak dari negara-negara non-Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang lesu akan membebani konsumsi minyak kedepan.

Lewat laporan pasar minyak bulanan per Agustus 2025, pertumbuhan permintaan minyak global diproyeksikan melambat menjadi 680.000 barel per hari (bph) secara tahunan pada tahun 2025.

Permintaan ini lebih rendah dari permintaan minyak global sepanjang tahun 2024 sebesar 860.000 bph.

Baca Juga: Beda Data Produksi Minyak SKK Migas dan Kementerian ESDM Semester I-2025, Ada Apa?

IEA menyebut, sebagian besar disebabkan oleh prospek ekonomi yang melemah.

Pertumbuhan permintaan diperkirakan akan tetap kurang lebih sama pada tahun 2026, yaitu 700.000 bph.

"Perlambatan paling terlihat di Tiongkok, India, dan Brasil, negara-negara terdepan dalam pertumbuhan permintaan global pada tahun 2024 dan 2025, setelah data pengiriman Juni dan Juli menunjukkan hasil yang lebih lemah dari perkiraan," kata IEA lewat laporan yang dirilis Rabu (13/8/2025).

Disamping itu, ketiga negara tersebut juga telah dikenai tarif perdagangan AS hingga 50%, yang menambah beban ekonomi bagi pasar negara berkembang.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pasokan minyak global stagnan di bulan Juli di angka 105,6 juta barel per hari, karena penurunan produksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC)+ sebesar 230.000 barel per hari diimbangi oleh peningkatan yang sama dari produsen non-OPEC+.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melemah, Bagaimana Nasib Emiten Migas?

Arab Saudi memimpin penurunan produksi OPEC+, dengan produksi turun 280.000 barel per hari dari level tertingginya di bulan Juni, sementara Iran dan Uni Emirat Arab mencatat kenaikan terbesar.

Produksi non-OPEC+ naik sebesar 230.000 barel per hari, didukung oleh kembalinya produksi minyak Kanada usai perbaikan konstruksi.

"Produksi minyak global pada bulan Juli naik 2,2 juta barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya, dengan negara-negara non-OPEC+ menyumbang 1,3 juta barel per hari dari peningkatan tersebut," jelas laporan itu. 

Selanjutnya: YLKI Ingatkan Bahaya Food Tray Tak Sesuai Standar di Program MBG

Menarik Dibaca: 4 Cara Mengatasi Folikulitis atau Jerawat di Kepala, Bisa Pakai Tea Tree Oil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×