kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

KCIC Buka Suara Soal Proyek Whoosh Bikin Rugi Wijaya Karya (WIKA)


Rabu, 17 Juli 2024 / 13:09 WIB
KCIC Buka Suara Soal Proyek Whoosh Bikin Rugi Wijaya Karya (WIKA)
ILUSTRASI. Wijaya Karya mengungkapkan proyek Whoosh menjadi penyebab kerugian perusahaan


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menanggapi pernyataan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) terkait proyek kereta cepat Whoosh yang disebut sebagai biang kerok kerugian anak perusahaan BUMN itu. 

Sekretaris Perusahaan PT KCIC Eva Chairunisa mengklaim dalam proses pembangunan kereta cepat ini telah dikoordinasikan bersama stakeholder terkait termasuk WIKA di dalamnya. 

"Dalam proses pembanguannya proyek ini juga sudah mempertimbangkan banyak hal," urainya dalam keterangan, Rabu (17/7). 

KCIC juga menanggapi terkait pernyataan WIKA yang mengaku kesulitan menagih utang sebesar Rp 5 triliun untuk pembangunan proyek besar itu. 

Baca Juga: WIKA Tuntaskan Pembangunan Gedung Baru Unjani, Nilai Kontraknya Rp 1,04 Triliun

Menurut Eva, semua yang berkaitan dengan penagihan di PT KCIC harus melalui prosedur administrasi agar semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. 

"Termasuk dari sisi keuangan, sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)," jelasnya. 

Eva menegaskan pembangunan kereta cepat ini sejatinya untuk kemajuan transportasi di Indonesia. Proyek dibangun agar dapat meningkatkan konektivitas dan perekonomian antara Jakarta dan Bandung, melalui transportasi massal ramah lingkungan yang modern. 

Eva mengaku operasional Whoosh terus mengalami peningkatan, di mana  jumlah perjalanan terus bertambah dari 14 perjalanan reguler per hari di Oktober 2023, menjadi 48 perjalanan reguler per hari sejak Mei 2024. Selanjutnya pada awal tahun 2025 di programkan jumlah perjalanan kereta dapat mencapai hingga 62 per hari. 

Rata-rata volume penumpang Whoosh per hari juga mengalami peningkatan secara bertahap, dengan rekor penumpang tertinggi saat ini sudah mencapai 24 ribu per hari. 

Sebelumnya di awal beroperasi pada Oktober 2023 rata-rata volume penumpang whoosh sekitar 9000 per hari. Saat ini berdasarkan data Juli 2024 rata-rata per hari sudah mencapai 17-18 ribu per hari pada weekday dan 18-22 ribu penumpang per hari pada saat akhir pekan, weekend dengan rekor tertinggi 24 ribu pada 5 Juli 2024. 

"Sejumlah peningkatan terus dilakukan KCIC salah satunya memberikan kemudahan untuk masyarakat dapat menjangkau stasiun whoosh dengan menghadirkan Integrasi antarmoda," jelasnya. 

Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan, ada dua faktor yang mempengaruhi kerugian pada 2023, yakni tingginya beban bunga dan beban lain-lain. Salah satunya disebabkan oleh kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).  

PT PSBI adalah anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) yang memegang 60% saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). 

 

Melansir laporan keuangan WIKA 2023, sejumlah beban WIKA memang tercatat membengkak. Paling besar, beban lain-lain naik 310,16% menjadi Rp 5,40 triliun dan beban keuangan meningkat 133,70% sebesar Rp 3,20 triliun di tahun 2023. 

Beban keuangan ini mencakup beban bunga atas utang bank ataupun nonbank, beban provisi, dan beban administrasi bank terkait perolehan pinjaman yang diraih perseroan.

“Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI, Senin (8/7). 

Menurut Agung, WIKA mengeluarkan dana yang cukup besar untuk proyek ini, yaitu sebesar Rp 6,1 triliun. 

"Penyertaannya saja sudah Rp 6,1 triliun (untuk konsorsium Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung). Kemudian, yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga hampir Rp 12 triliun,” paparnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×