Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemberlakuan tarif impor resiprokal Amerika Serikat (AS) akan berdampak signifikan pada industri karet nasional. AS merupakan negara tujuan utama ekspor karet Indonesia.
Ekspor karet Indonesia didominasi oleh produk karet alam. Berdasarkan data BPS, komposisi nilai ekspor produk olahan karet alam Indonesia ke dunia tahun 2024 sebesar 39% sedangkan nilai ekspor karet alam ke dunia adalah sebesar 61%.
Direktur Ekspor Produk Pertanian Dan Kehutanan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Farid Amir, melihat kebijakan tarif resiprokal ini bisa dijadikan momentum untuk pengembangan industri hilir karet nasional.
Salah satu caranya ialah dengan menyerap produk karet alam yang seharusnya diekspor ke AS kemudian ditingkatkan utilisasinya.
Baca Juga: Ada Tarif Impor Amerika Serikat, Ekspor Karet Mengkeret
“Seperti penggunaan bahan campuran aspal karet yang lebih luas dan penggunaan rubber pads pada rel kereta api dan bantalan jembatan, serta utilisasi industri ban untuk penggunaan di dalam negeri,” terang Farid kepada Kontan, Kamis (24/4).
Sebagai informasi, menilik data BPS, pada tahun 2024 AS menduduki peringkat pertama sebagai negara tujuan utama ekspor karet Indonesia dengan nilai sebesar 673,06 juta dollar AS atau 22,37% dari nilai total ekspor karet Indonesia.
Di samping itu dari sisi AS, Indonesia merupakan pemasok utama karet ke AS. Berdasarkan data trademap, pada tahun 2024 Indonesia menduduki posisi pertama sebagai pemasok utama karet ke Amerika Serikat dengan share sebesar 30,26%. Disusul Thailand sebesar 25,38% dan Kanada sebesar 15,67%.
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa industri karet Indonesia sangat bergantung terhadap pasar AS. Begitupun sebaliknya bahwa AS sangat bergantung terhadap pasokan karet dari Indonesia.
Baca Juga: Komoditas Karet Terancam Tarif Trump, Ini Kebijakan yang Disiapkan Kemendag
Oleh sebab itu, Kemendag juga menyiapkan langkah perlindungan bagi industri karet nasional. Beberapa upaya yang telah dilakukan, seperti aktif dalam organisasi karet Internasional yaitu International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC).
“Di mana Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag yang menjadi vocal point, dengan terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi permasalahan karet.” tambahnya.
Kedua, melalui utilisasi peran perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri yang terdiri dari 19 ITPC, 23 Atdag, 1 Konsudag, 1 KDEI dan 1 Dubes WTO terutama dalam rangka memperoleh informasi buyer dan/atau persyaratan di negara tujuan ekspor melalui pameran, misi dagang dan Trade Expo Indonesia (TEI).
Terakhir, pemanfaatan perjanjian perdagangan Internasional Trade Agreement sebagai salah satu langkah perluasan pasar dan penurunan tarif bea masuk dalam rangka meningkatkan ekspor produk Indonesia termasuk produk karet.
Selanjutnya: Menakar Ketahanan Ekonomi Indonesia di Tengah Gempuran Tekanan Global
Menarik Dibaca: Apa Itu Money Parenting? Ini Pentingnya Money Parenting untuk Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News