kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.991.000   -25.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.870   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.634   96,11   1,47%
  • KOMPAS100 956   17,31   1,84%
  • LQ45 745   14,47   1,98%
  • ISSI 210   1,42   0,68%
  • IDX30 387   9,07   2,40%
  • IDXHIDIV20 467   9,05   1,98%
  • IDX80 108   1,86   1,75%
  • IDXV30 114   1,02   0,91%
  • IDXQ30 127   3,44   2,78%

Tarif Impor Balasan dari AS Ancam Ekspor Karet Nasional,Industri Ban Paling Terdampak


Rabu, 23 April 2025 / 16:57 WIB
Tarif Impor Balasan dari AS Ancam Ekspor Karet Nasional,Industri Ban Paling Terdampak
ILUSTRASI. Azis Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia. Foto:pajak.go.id


Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif imporyang dikenakan AS sebagai balasan (respirokal) terhadap sejumlah produk otomotif dan turunannya berpotensi besar mengguncang ekspor karet nasional, terutama produk hilir seperti ban dan komponen otomotif. 

Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Karet Indonesia (Dekarindo), Aziz Pane yang menyebut bahwa sektor karet Indonesia menghadapi tantangan serius.

"Industri ban kita sangat terpukul karena tarif baru ini. Dulu Indonesia dapat fasilitas GSP (Generalized System of Preferences) dari AS, tapi kini dicabut dan diganti dengan beban tarif tambahan hingga 25% untuk produk otomotif termasuk ban," kata Aziz kepada KONTAN, Selasa (23/4).

Padahal, kata Aziz, AS merupakan pasar ekspor terbesar bagi karet Indonesia, dengan kontribusi sekitar 22% dari total ekspor karet nasional. Di bawah AS, pasar terbesar berikutnya adalah Jepang (12%) dan Tiongkok. 

Baca Juga: Bridgestone Bidik Pasar Ban Kendaraan Listrik di Indonesia

Artinya dengan beban tarif yang tinggi yang bisa mencapai hingga 57% secara kumulatif biaya produk karet Indonesia menjadi jauh lebih mahal dan kurang kompetitif.

“Tarifnya naik drastis. Dulu cuma 10-12%, sekarang bisa tembus lebih dari 50%. Ini sangat berat bagi pelaku industri, terutama yang memproduksi ban untuk pasar Amerika, seperti Gajah Tunggal, Karet Deli, Elang Perdana, dan lainnya,” tegas Aziz.

Lebih lanjut, Aziz juga menyoroti minimnya dukungan pemerintah terhadap industri karet nasional. Selain tarif tinggi, pelaku industri juga menghadapi masalah keterbatasan logistik dan konektivitas ekspor ke negara alternatif. 

"Kalau pemerintah minta kita alihkan pasar, misalnya ke Afrika Selatan atau Chile, masalahnya kapal ke sana susah, nggak ada kapal baliknya. Logistik jadi kendala besar," ujarnya.

Baca Juga: Michelin Indonesia Pasok Ban untuk Beberapa Model Kendaraan Listrik

Dari sisi produksi, Aziz menyebutkan bahwa volume produksi karet nasional mengalami penurunan signifikan, dari sekitar 3,4 juta ton pada 2021 menjadi hanya 2,6 juta ton saat ini. Penyebabnya antara lain adalah rendahnya harga karet dalam beberapa tahun terakhir, yang membuat petani beralih ke komoditas lain seperti kelapa sawit.

“Kami harap pemerintah mulai serius memikirkan industri karet dari hulu sampai hilir, mulai dari subsidi pupuk hingga perlindungan industri pengolahan dalam negeri,” tambahnya.

Meski dihadapkan pada tantangan besar, Aziz optimistis dengan potensi jangka panjang karet alam, yang bahkan telah digunakan dalam sektor teknologi tinggi seperti pesawat luar angkasa. 

"Karet alam terbukti lebih tahan terhadap tekanan ekstrem dibanding sintetis. Ini adalah peluang besar kalau didorong dengan serius,” ujarnya.

Dekarindo mendesak pemerintah agar melobi AS secara intensif demi mencari solusi tarif yang adil. “Kami tidak meminta keuntungan, cukup negosiasi yang adil saja. Kalau dibiarkan seperti ini, bisa memicu PHK massal dan keruntuhan industri ban nasional,” pungkasnya.

Baca Juga: PTPN Group Siapkan Strategi Revitalisasi, Kembalikan Kejayaan Industri Karet Nasional

Selanjutnya: Hitachi Vantara Perkenalkan Virtual Storage Platform One Guna Perkuat Ketahanan Siber

Menarik Dibaca: Hitachi Vantara Perkenalkan Virtual Storage Platform One Guna Perkuat Ketahanan Siber

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×