kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kebutuhan gula rafinasi tahun depan naik 8%


Kamis, 14 Desember 2017 / 09:40 WIB
Kebutuhan gula rafinasi tahun depan naik 8%


Reporter: Abdul Basith | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan gula rafinasi pada tahun depan diperkirakan akan semakin besar. Peningkatan kebutuhan gula rafinasi tersebut seiring dengan pertumbuhan industri pengguna gula rafinasi, seperti makanan dan minuman yang mencapai 8%.

Menurut Koordinator Forum Lintas Asosiasi Industri Pengguna Gula Rafinasi (FLAIPGR) Dwiatmoko Setiono, pada tahun ini kebutuhan industri untuk gula rafinasi mencapai 4 juta ton. "Untuk tahun 2018, kebutuhan gula rafinasi untuk industri naik sekitar 8% sesuai dengan pertumbuhan industri," ujar kepada KONTAN, Rabu (13/12).

Industri yang paling banyak menyerap gula rafinasi adalah industri makanan dan minuman. Setiap tahun industri makanan dan minuman setidaknya menyerap 20% dari seluruh kebutuhan gula rafinasi untuk produksinya.

Dari kebutuhan itu, sebagian besar pasokan gula rafinasi berasal dari produsen gula rafinasi nasional. Sedangkan yang diimpor hanya sekitar 200.000 ton–300.000 ton.

Di Indonesia tercatat ada delapan produsen gula rafinasi. Mereka memproduksi gula rafinasi dari gula mentah impor. Kedelapan produsen tersebut yakni PT Jawa Manis, PT Sentra Usahatama Jaya (SUJ), PT Permata Dunia, PT Darmala Usaha Sukses, PT Angel Produk, PT Makasar Tene, PT Duta Sugar, dan PT Sugar Ladinda. Pada tahun 2017 ini, produsen gula rafinasi tersebut diperkirakan memroduksi gula industri sebanyak 2,8 juta ton.

Ketua Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen khawatir makin tingginya permintaan gula rafinasi akan memperbesar potensi perembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi. Kekhawatiran itu melihat kondisi industri yang tidak kekurangan sementara perembesan terus terjadi. "Tahun ini terjadi perembesan tetapi industri tidak kekurangan bahan baku artinya ada kelebihan," katanya.

Menurut Soemitro, jumlah gula rafinasi yang merembes ke pasar mencapai 500.000 ton. Akibat rembesan itu, gula konsumsi milik petani masih banyak yang belum terserap pasar. Total produksi gula petani pada tahun 2017 sebesar 2,12 juta ton.

Untuk itu dia meminta lelang gula rafinasi benar-benar berjalan tahun 2018. Dia yakin lelang akan membuat gula rafinasi mudah terdeteksi. "Kalau pakai e-barcode bisa dilihat asal gulanya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×