Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agar dapat mencapai target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap Indonesia akan membangun jaringan transmisi sebesar 48.000 kilometer sirkuit (kms).
"Kita lakukan sekarang adalah membangun transmisi untuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) ke depan, kurang lebih sekitar 48 ribu kilometer sircuit," ungkap Bahlil di Hotel The Westin Jakarta, Kamis (30/1).
Menurut Bahlil, isu transmisi adalah masalah yang harus diselesaikan agar bisa mengembangkan EBT lebih luas.
Baca Juga: AS Cabut dari Perjanjian Paris, Bahlil Ungkap Pengaruhnya ke Proyek EBT di Tanah Air
"Karena antara sumber daripada energi baru terbarukan dengan transmisi itu tidak ada. Jadi contoh panas bumi ada di Kabupaten A, tapi transmisinya gak ada di situ," tambahnya.
Kesulitan ini pula yang menurutnya membuat target bauran EBT Indonesia di tahun 2024 meleset dari target awal yaitu di angka 19,49%.
"Tapi yang baru terealisasikan baru 13-14 persen. Masih 8 ribu gigawatt defisit implementasi energi baru terbarukan," kata dia.
Lebih detail target pembangunan 48.000 kilometer sirkuit (kms) ini ungkapnya ditarik lurus adalah sepanjang 8 ribu kilometer.
"Ini dengan total investasi dalam ancang-ancang sekarang ya, masih dihitung baik, itu sekitar Rp 400 sampai Rp 480 triliun," kata dia.
Baca Juga: Pemerintah Jamin Risiko Gagal Bayar untuk Proyek EBT, Begini Ketentuannya
Di sisi lain, modal yang besar ini membutuhkan investasi atau pendanaan. Sayangnya Bahlil bilang profit yang bisa diambil melalui investasi di sektor transmisi hanya 3 sampai 4 persen.
"Pertanyaan berikutnya, investor siapa yang mau kalau tidak ada top up? Karena, kalau pakai energi baru terbarukan itu bukan power plan yang dipindahin tapi bagaimana membangun transmisinya," jelas dia.
Meski begitu Bahlil optimis target ini dapat tercapai dengan menerapkan dua konsep yaitu investasi pada alat transmisi dan perhitungan nilai keekonomian yang sesuai.
"Dalam rangka mendorong energi baru terbarukan ada dua konsep. Yang pertama alat transmisi harus kita lakukan, dan yang kedua kita harus menghitung baik antara nilai keekonomian dan tingkat cadangan bahan baku kita," tutupnya.
Selanjutnya: Pertamina Resmi Luncurkan Diesel X, BBM Bersulfur Rendah
Menarik Dibaca: KAI Ubah Sarana Sejumlah KA Mulai Besok, Ini Daftarnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News