Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
Penyebab lainnya adalah minimnya jumlah perusahaan yang melakukan pemasaran kopi Toraja, baik di pasar dalam negeri, maupun luar negeri. Namun demikian, kopi Toraja sudah memiliki indikasi geografis yang diakui tidak hanya di Indonesia namun juga oleh negara lain.
Ada juga gagasan untuk dibentuknya asosiasi pelaku/pedagang kopi di Tana Toraja. Hal ini untuk meningkatkan fungsi pemasaran dan promosi, serta pembentukan pasar berjangka kopi demi menjaga kualitas kopi dan harga yang tetap bersaing di tingkat petani.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop menambahkan untuk memberikan pemahaman mengenai uji kualitas kopi, seminar ini juga menghadirkan ahli untuk melakukan simulasi cupping test.
Uji kualitas ini yang merupakan faktor kunci dalam menentukan harga dan pengambilan keputusan buyers sebelum membeli kopi.
Dengan simulasi dan pengetahuan selera pasar akan meningkatkan motivasi para petani dan pengolah kopi di Tana Toraja untuk menghasilkan biji kopi berkualitas dan melakukan pengolahan pascapanen sesuai standar yang diharapkan para buyer.
“Diharapkan simulasi ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang produk baik dari sisi keunikan, citarasa, maupun aroma. Pembeli/konsumen penikmat kopi menghargai aspek-aspek tersebut dalam memilih kopi yang pada akhirnya tergambar pada harga jual,” papar Marolop.
Total ekspor kopi Indonesia ke dunia pada tahun 2017 tercatat sebesar US$ 1,18 miliar meningkat dibanding tahun 2016 yang tercatat sebesar US$ 1,01 miliar.
Kontribusi kopi Toraja terhadap ekspor Indonesia pada tahun 2017 sebesar US$ 3,66 juta. Sedangkan impor Indonesia dari dunia tercatat sebesar US$ 33 juta turun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 48 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News