Reporter: Handoyo | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam waktu dekat akan mengumpulkan data-data terkait adanya indikasi anomali cuaca yang mengakibatkan produksi garam menurun. Hal itu diperlukan agar ada langkah-langkah teknis untuk mengantisipasi penurunan produksi garam.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan, ada indikasi anomali cuaca yang berpengaruh terhadap produksi garam nasional. "Berapa penurunannya kami belum tahu," kata Bachrul, Jumat (12/7).
Sebelumnya, Presidium Asosiasi Produsen Garam Rakyat Indonesia (A2PGRI) mengatakan, seharusnya pada pertengahan bulan Juni lalu sudah ada panen perdana komoditas garam. Tapi, karena ada anomali cuaca, panen itu gagal terlaksana.
Petani garam khawatir, bila kondisi tersebut terus berlanjut, produksi garam tahun ini tidak akan melebihi tahun lalu yang mencapai 1,45 juta ton.
Faisal Baidawi, Anggota A2PGRI, memproyeksi target produksi garam yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebanyak 1,8 juta ton tahun ini tidak akan tercapai.
Alasannya, tambak garam baru dapat dipanen setelah dua bulan pasca musim kemarau. Faisal menghitung, bila pada bulan Juni lalu hujan sudah tidak turun lagi, maka pada bulan Agustus mendatang baru mulai panen perdana.
Tahun lalu musim panen garam berlangsung selama kurang lebih lima bulan. Panen perdana garam sendiri terjadi pada bulan Juli hingga November.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News