Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melanjutkan studi untuk implementasi kendaraan listrik di Indonesia. Ini merupakan kelanjutan dari MoU Kementerian Perindustrian bersama New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) asal Jepang tahun lalu.
Dalam MoU tersebut kedua negara sepakat bekerjasama dalam pengembangan kendaraan listrik. Meliput aspek consumer convenience, business model, social impact dan regulasi.
Sekedar informasi, NEDO asal jepang tersebut terdiri dari Honda Motor, Panasonic Corporation dan Pacific Consultant. Di Indonesia ketiganya kemudian membentuk usaha patungan bernama PT HPP Energy Indonesia.
Bentuk implementasinya hari ini diluncurkan lewat proyek percontohan yang dinamakan “The Demonstration Project To Increase Energy Efficiency Through Utilization Of Electric Vehicle And Mobile Battery Sharing”.
Baca Juga: Harga platinum kembali terangkat oleh permintaan yang meningkat
Direktur Jenderal Industri, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin menjelaskan dalam pilot project ini akan dilaksanakan percobaan dan studi kendaraan listrik yang akan dilaksanakan di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Provinsi Bali.
Dirjen ILMATE menjelaskan, proyek percobaan kendaraan listrik akan dilakukan melalui skema leasing kepada konsumen langsung (skema business to consumer) serta oleh pelaku bisnis (business to business), dengan melibatkan 300 unit motor listrik (EV Bike), 1000 unit baterai, 40 unit Baterai Exchanger Station (BEx Station) dan 4 unit mobil listrik (Mikro EV).
Percobaan ini juga melibatkan Gojek dan Grab yang akan mewakili pengguna motor listrik. Keterlibatan Grab dan Gojek untuk mengakselerasi peningkatan penggunaan kendaraan listrik, karena kedua perusahaan tersebut mempunyai puluhan juta pengguna aktif dan ratusan ribu mitra pengemudi.
Baca Juga: Begini masukan MAB untuk pemerintah perihal program percepatan kendaraan listrik
“Proyek demontrasi kendaraan listrik tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan kendaraan listrik tetapi juga untuk mendorong tumbuhnya pasar sebagai basis pengembangan industri kendaraan listrik di dalam negeri,” kata Harjanto, Rabu (28/8).
Langkah strategis ini diperkuat dengan studi tentang kendaraan listrik oleh institusi R&D Indonesia, yang terdiri dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Udayana, Universitas Indonesia dan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kemenperin.
Studi tersebut mencakup technical performance, customer acceptance, industrial and social impact serta bertujuan menyusun rekomendasi kebijakan pengembangan kendaraan listrik.
“Hasil studi ini sebagai masukan bagi Pemerintah untuk merumuskan kebijakan percepatan industri sepeda motor listrik di Indonesia, terutama untuk mewujudkan target roadmap Making Indonesia 4.0 untuk menjadi basis produksi kendaraan bermotor Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle (EV) baik untuk pasar domestik dan ekspor pada tahun 2030,” papar Harjanto.
Kendaraan yang digunakan yakni skutik elektrik PCX milik PT Astra Honda Motor (AHM). Sedangkan teknologi dan juga sistem penukaran baterai (battery swap) oleh Panasonic.
Sedangkan jaringan pemeliharaan kendaraan dan pnukaran baterai juga akan melibatkan gerai Shop and Drive milik PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Selain itu akan dilibatkan.
Baca Juga: Sokong era kendaraan listrik, badan usaha swasta dan pemda didorong kembangkan SPKLU
Executive Vice President Director PT Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman menjelaskan pihaknya masih akan studi tempat yang cocok untuk penukaran baterai. Saat ini AHM masih bekerjasama dengan gerai Shop and Drive dan juga memanfaatkan gerai bengkel resmi AHASS.
"Kita saat ini pelajari dulu di Bali dan Bandung perilaku konsumen dalam penggunaan kendaraan listrik dan juga penggantian baterainya," jelas Johannes, Rabu (28/8).
Sedangkan produksi kendaraan listrik di dalam negeri masih dalam kajian Honda. Menurutnya Perpres sudah jadi hal yang positif untuk industri otomotif. Namun AHM masih menunggu petunjuk teknis (juknis) dari Kementerian.
Baca Juga: Pemerintah berencana membebaskan produsen otomotif mendatangkan produknya secara utuh
Agus Purwadi, Kepala Program Kendaraan Elektrik Indonesia dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan saat ini perlu diuji lebih dalam teknologi baterai listrik. Sehingga diharapkan dari program ini dapat diketahui secara matang tipe baterai mana yang cocok dengan iklim dan suhu di Indonesia.
“Kita perlu studi lebih lanjut mengenai standar teknologi dan keamanan kendaraan listrik. Serta pengelolaan limbah kendaraan dan baterai listrik,” jelas Agus, Rabu (28/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News