Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
Studi tersebut mencakup technical performance, customer acceptance, industrial and social impact serta bertujuan menyusun rekomendasi kebijakan pengembangan kendaraan listrik.
“Hasil studi ini sebagai masukan bagi Pemerintah untuk merumuskan kebijakan percepatan industri sepeda motor listrik di Indonesia, terutama untuk mewujudkan target roadmap Making Indonesia 4.0 untuk menjadi basis produksi kendaraan bermotor Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle (EV) baik untuk pasar domestik dan ekspor pada tahun 2030,” papar Harjanto.
Kendaraan yang digunakan yakni skutik elektrik PCX milik PT Astra Honda Motor (AHM). Sedangkan teknologi dan juga sistem penukaran baterai (battery swap) oleh Panasonic.
Sedangkan jaringan pemeliharaan kendaraan dan pnukaran baterai juga akan melibatkan gerai Shop and Drive milik PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Selain itu akan dilibatkan.
Baca Juga: Sokong era kendaraan listrik, badan usaha swasta dan pemda didorong kembangkan SPKLU
Executive Vice President Director PT Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman menjelaskan pihaknya masih akan studi tempat yang cocok untuk penukaran baterai. Saat ini AHM masih bekerjasama dengan gerai Shop and Drive dan juga memanfaatkan gerai bengkel resmi AHASS.
"Kita saat ini pelajari dulu di Bali dan Bandung perilaku konsumen dalam penggunaan kendaraan listrik dan juga penggantian baterainya," jelas Johannes, Rabu (28/8).
Sedangkan produksi kendaraan listrik di dalam negeri masih dalam kajian Honda. Menurutnya Perpres sudah jadi hal yang positif untuk industri otomotif. Namun AHM masih menunggu petunjuk teknis (juknis) dari Kementerian.
Baca Juga: Pemerintah berencana membebaskan produsen otomotif mendatangkan produknya secara utuh
Agus Purwadi, Kepala Program Kendaraan Elektrik Indonesia dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan saat ini perlu diuji lebih dalam teknologi baterai listrik. Sehingga diharapkan dari program ini dapat diketahui secara matang tipe baterai mana yang cocok dengan iklim dan suhu di Indonesia.
“Kita perlu studi lebih lanjut mengenai standar teknologi dan keamanan kendaraan listrik. Serta pengelolaan limbah kendaraan dan baterai listrik,” jelas Agus, Rabu (28/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News