Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai negara dengan produsen industri alas kaki terbesar keempat di dunia, Kementerian Perindustrian menyampaikan Indonesia perlu memperkuat supply yang lebih besar dengan target pasar skala global.
Penguatan ini adalah dengan secara konsisten menggelar beragam program untuk memperkuat ekosistem industri alas kaki nasional agar lebih berdaya saing global.
Melalui Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), unit kerja di bawah Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, terus mendukung para desainer industri kulit dan alas kaki nasional, salah satunya dengan mendorong mereka untuk ikut serta dalam pameran internasional Asia Pacific Leather Fair (APLF) di Bangkok, Thailand pada 19-21 Oktober 2022 lalu.
Baca Juga: Kinerja Mulus Industri Kulit Nasional, Tanzania Belajar dari Indonesia
APLF merupakan salah satu pameran kulit, material dan aksesoris fesyen ternama tingkat internasional, di mana pemasok kulit dapat bertemu langsung dengan desainer dan pembeli. APLF Bangkok menjadi pameran dagang kedua yang digelar di luar Hong Kong.
“Event APLF 2022 menjadi penting untuk meningkatkan peran industri hulu dan hilir alas kaki nasional. Bentuk kolaborasi dalam event APLF kedepan akan lebih melibatkan potensi-potensi SDM industri alas kaki nasional dalam skala global,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita dalam pernyataan resminya (30/10).
Lebih lanjut Reni bilang “BPIPI sebagai mitra penting APLF di Indonesia, bersama dengan Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) melihat pentingnya penguatan supply chain dalam skala yang lebih besar, yakni ASEAN. Sebagai produsen industri alas kaki terbesar keempat di dunia, Indonesia memainkan peran penting dalam rantai nilai industri kulit dan alas kaki dalam skala global maupun ASEAN”.
Hingga saat ini, BPIPI mencatat sebanyak 9.633 pelaku IKM atau sekitar 16,8% telah bermitra dengan industri lain dan sebagian besar telah mendapatkan manfaat dari kemitraan usaha. “Kemitraan ini penting untuk menghubungkan IKM alas kaki dengan industri besar, asosiasi dan komunitas, produsen material, organisasi, investor, eksporti, trader dan sebagainya agar IKM terus tumbuh,” kata Reni.
Baca Juga: Tingkatkan Promosi, Carvil Gandeng 2 Artis Ini Sebagai Brand Ambassador
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri alas kaki terhadap PDB meningkat sepanjang tahun 2021 menjadi Rp28,169 triliun dari Rp26,14 triliun pada 2020.
Industri kulit, barang jadi kulit dan alas kaki tumbuh positif sebesar 13,12% pada triwulan II tahun 2022. Kinerja gemilang ini masuk dalamtiga besar di sektor industri pengolahankarena didorong tingginya permintaan ekspor serta daya tarik investasi yang semakin baik dan pengalihan order dari beberapa brand global ke Indonesia.
Nilai ekspor kulit, barang jadi kulit dan alas kaki sampai dengan Juni tahun 2022 mencapai US$ 4,62 miliar atau naik 41,26% dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 3,26 miliar.
Oleh karena itu, BPIPI terus melakukan peningkatan kapasitas kelembagan dan sentra industri, membantu industri mengembangkan produk, penguatan industri dan kreativitas, memberikan bantuan informasi pasar, serta membantu promosi dan pemasaran serta penguatan hubungan kemitraan.
“APLF ASEAN menjadi tuan rumah pameran kulit lebih dari 200 negara peserta, di antaranya dari Brasil, Perancis, India, Pakistan, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat, serta kelompok negara penyamakan kulit besar lainnya seperti Italia,” sebut Reni.
Di pameran APLF, para pengunjung pameran atau penggiat fesyen, dapat menyentuh dan merasakan material kulit secara langsung, terhubung serta membuat pesanan dengan penyamak kulit secara langsung untuk mempersiapkan koleksi mereka yang akan datang.
Tak hanya itu, terdapat temu bisnis antara buyer dan pemasok industri kulit internasional, serta seminar dan workshop terkait isu dan tren perkembangan industri kulit yang berkelanjutan.
Baca Juga: Kinerja Industri Pengolahan Meningkat pada Kuartal III, Ini Pendorongnya
“APLF juga mengundang 10 perancang tas lokal dan desainer dari Indonesia untuk menampilkan karya seni unggulan, sekaligus sharing tentang kewirausahaan dan konsep desain. Salah satu yang tampil adalah Tommy Ambiyo dengan brand BYO, yang berbagi tentang kreativitasnya dalam penggunaan kulit,” papar Reni.
Tommy Ambiyo adalah salah satu perancang aksesori yang karya desainnya menonjolkan kesan unik dan futuristik, fungsional, dan dengan bahan baku yang beragam. BYO banyak mengeksplorasi bahan, bentuk, dan konsep aksesori dengan permainan warna yang non konvensional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News