kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kementerian ESDM dorong penggunaan BBM ramah lingkungan


Rabu, 29 Juli 2020 / 11:58 WIB
Kementerian ESDM dorong penggunaan BBM ramah lingkungan
ILUSTRASI. Pengendara mengisi bahan bakar minyak di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (06/07). PT Pertamina (Persero) menyiapkan tiga tahapan untuk mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak ramah lingkungan dalam hal ini BBM jenis research octane numbe


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan terus didorong oleh pemerintah karena berdampak besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca serta mendukung kesehatan masyarakat.

Mengacu pada Permen LHK Nomor P.20/MENLH/SETJEN/KUM.1/3/2017, baku mutu kendaraan bermotor setara Euro 4 mulai diterapkan pada bulan Oktober 2018 untuk kendaraan berbahan bakar bensin (gasoline) dan April 2021 untuk diesel atau solar.

Baca Juga: Menteri ESDM tegaskan pentingnya kewajiban hilirisasi nikel di Indonesia

Oleh karena itu, Dirjen Migas Kementerian ESDM menetapkan SK Dirjen Migas Nomor 0177.K/10/DJM/2018 pada 8 Juni 2018 yang mana ditetapkan bensin minimal nilai oktan 98 dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, Indonesia telah menandatangani Paris Agreement pada 22 April 2016 di New York. Indonesia juga menyatakan kesediaan untuk meratifikasi Paris Agreement dengan besaran emisi gas rumah kaca Indonesia adalah sebesar 0,554 Gt CO2eq atau setara dengan 1,49% total emisi global. Dengan demikian, Indonesia harus menggunakan BBM yang ramah lingkungan.

Sugeng menilai, regulasi BBM yang ramah lingkungan di Indonesia sebenarnya telah mencukupi. Meski begitu, implementasi merupakan hal terpenting. Makanya, DPR mendukung upaya pemerintah untuk mendorong penggunaan BBM yang ramah lingkungan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Adhi Wibowo menyatakan, keputusan mengenai BBM bukan hanya urusan Kementerian ESDM semata, melainkan keputusan bersama. Hingga saat ini, RON dengan nilai oktan rendah masih beredar di masyarakat dengan berbagai pertimbangan.

Baca Juga: Pemerintah tetapkan HIP bioetanol untuk Agustus Rp 14.779 per liter

Adhi menjelaskan, Kementerian ESDM terus berupaya meningkatkan penggunaan BBM yang ramah lingkungan. Di antaranya melalui peningkatan kapasitas kilang hingga mampu menghasilkan BBM dengan nilai oktan tinggi.

Misalnya, Kilang Balongan yang memproduksi BBM setara EURO IV yaitu Pertamax Turbo serta RDMP Kilang Balikpapan yang rencananya akan rampung di tahun 2023 mendatang dan mampu memproduksi BBM setara dengan EURO V.

Secara statistik, sejak tahun 2015 hingga Juni 2020, produksi BBM RON 92 terus meningkat dibandingkan BBM RON 88. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, produksi kedua jenis BBM ini dapat dikatakan sama akibat dampak pandemi Covid-19.

"Situasi Covid-19 ini menurunkan permintaan terhadap BBM. Jadi, bisa dikatakan seimbang level konsumsi RON 92 dan RON 88," ungkap Adhi dalam siaran pers di situ Ditjen Migas Kementerian ESDM, Selasa (28/7).

Baca Juga: Berkah ketika pandemi, bisnis Mark Dynamics (MARK) tumbuh 9,57% di semester I-2020

Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui Kilang Plaju dan Dumai yang rencananya dapat memproduksi green fuel. RDMP Plaju ditargetkan beroperasi di periode 2024-2025, sedangkan RDMP Dumai beroperasi pada tahun 2026.

Terkait green fuel, telah dilakukan uji coba green diesel D100 beberapa waktu lalu. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan D100 dalam campuran bahan bakar dapat meningkatkan performa kendaraan dan mengurangi emisi gas buang. 

Implementasi Biodiesel 30% atau B30 yang dimulai pada 1 Januari 2020 juga merupakan upaya lain yang telah dilakukan pemerintah. Hingga Mei 2020, program ini diperkirakan mampu menghemat uang negara sebesar US$ 1,08 miliar.

"Sedangkan program B20 yang dilaksanakan di tahun 2019 mampu menghemat devisa negara sebesar US$ 3,35 miliar atau sekitar Rp 48,19 triliun," papar Adhi.

Baca Juga: Top! PLN raih omzet Rp135,41 triliun pada semester I-2020, pelanggan juga tumbuh

Saat ini, pemerintah juga tengah melakukan uji coba B40. Dengan asumsi adanya pemulihan ekonomi pasca pandemi, diperkirakan kebutuhan Solar pada tahun 2021 mencapai 31.092.663 kiloliter. Untuk campuran B40, diperkirakan dibutuhkan FAME sebanyak 12.437.065 kiloliter.

Tak hanya itu, pemerintah turut melakukan pencampuran Bioethanol dengan bensin yang hasilnya disebut dengan nomenklatur EXX. Mengenai hal itu, Adhi bilang bahwa akan diadakan uji coba E02 di daerah Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×