kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,53   6,07   0.66%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementerian ESDM targetkan kajian pengembangan PLTN rampung akhir September


Senin, 09 September 2019 / 18:50 WIB
Kementerian ESDM targetkan kajian pengembangan PLTN rampung akhir September
ILUSTRASI. Kerjasama ThorCon International dengan PT PAL


Reporter: Filemon Agung | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan kajian pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir bekerjasama dengan ThorCon International Pte, Ltd. Kajian ini kini ditangani Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM. 

Kepala Balitbang ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, hingga saat ini kajian masih terus berlangsung. Menurutnya, kajian yang dilakukan meliputi aspek regulasi seputar PLTN. 

"Kajian juga terkait dengan aspek keekonomian dan keteknikan apabila PLTN ThorCon diimplementasikan di Indonesia," sebut Dadan, Senin (9/9).

Baca Juga: Pembangkit thorium bisa blackstart 30 menit jika blackout, cocok untuk Indonesia

Dadan menambahkan, Kementerian ESDM mengharapkan kajian ini dapat rampung pada penghujung bulan ini. Sayangnya, Dadan enggan merinci seputar kajian tersebut. 

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Sutijastoto bilang tidak ada yang khusus dalam pelaksanaan kajian. Jika nantinya dinilai kompetitif maka PLTN berpeluang untuk terus dilanjutkan.

Lebih jauh Toto menyinggung soal salah satu lokasi yang dinilai potensial yakni di Kalimantan Barat. "Di Kalbar kan tidak ada sumber energi lain, mereka punya potensi bauksit untuk smelter sehingga PLTN bisa untuk penuhi kebutuhan listrik industri smelter," sebut Toto, Senin (9/9).

Namun, Toto memastikan, KESDM hanya akan memberikan dukungan jika memang ada usulan dari ThorCon. Jika tidak ada usulan maka KESDM belum akan melakukan langkah apapun sejauh ini. 

Toto kembali menekankan pentingnya PLTN untuk menawarkan harga dan tarif listrik yang kompetitif. "Semisal untuk smelter, berani tidak dia 4 sen per kilo Watt hour (kWh). Jangan tinggi-tinggi amat, yang penting kan itu juga," terang Toto.

Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, ThorCon International Pte, Ltd akan bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan bahan bakar thorium. PLTN ini akan berkapasitas total 500 mega watt (MW) dan diperkirakan menelan investasi sebesar US$ 1,2 miliar atau setara Rp 17 triliun.

"Rencananya akan selesai tahun 2026," kata Chief Repressentative ThorCon International, PTE Ltd Bob S. Effendi ketika ditemui Kontan.co.id dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan PT PAL Indonesia (Persero) di Gedung World Trade Center 5, Rabu (17/7). 

Ia menambahkan proyek ini menjadi awal dari terbangun industri nuklir di Indonesia.

Proyek akan menggandeng PT PAL Indonesia (Persero) untuk membangun reaktor dari pembangkit listrik tersebut atau Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) 500. 

Asal tau saja, PT PAL (Persero) yang bergerak di bidang konstruksi maritim memiliki diversifikasi produk lain dalam bidang energi. Hal ini dikatakan oleh Sutrisno, Direktur Rekayasa Umum, Pemeliharaan, dan Perbaikan PT PAL, dalam kesempatan yang sama. 

Jika pengkajian berjalan lancar, Test Bed Platform TMSR500 akan dibangun pada tahun 2020. Diproyeksikan pembangunan dan testing masing-masing akan memakan waktu selama satu tahun. Jika semua berjalan sesuai rencana, maka pada tahun 2023 PLTT ini bisa dibangun. Lalu, pada tahun 2026 akan selesai dan siap beroperasi.

Baca Juga: ThorCon International Pte,Ltd dan PT PAL akan bangun PLTN

Sejauh ini, ada tiga lokasi yang diincar untuk pembangunan PLTT ini, di antaranya Kalimantan Barat, Bangka Belitung, dan Riau. Sementara untuk lokasi pembangunan TMSR500 akan dilakukan ujung Surabaya. Reaktor bikinan PT PAL akan memiliki panjang 18 meter dengan diameter 8 meter.

Sementara itu, rencana kehadiran PLTN mendapatkan tanggapan dari sejumlah kalangan. Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustafa bilang ada banyak alternatif sumber energi yang bisa dikembangkan ketimbang pengembangan PLTN. "Potensi tenaga surya 207 Gigawatt, tenaga angin sekitar 66 Gigawatt," ungkap Tata ketika dihubungi Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Tata menilai dampak yang dihasilkan dari pengembangan nuklir patut dipertimbangkan. Tidak hanya lingkungan, menurut Tata tenaga nuklir juga dapat memberi dampak buruk bagi masyarakat. 

"Bukan tidak mungkin ke depannya akan muncul penolakan-penolakan," jelas Tata. 

Lebih jauh Tata menjelaskan, aspek keekonomian bahkan juga patut diperhitungkan.

Tata bilang, pemerintahan Presiden Joko Widodo sebaiknya menaruh fokus pada pengembangan energi terbarukan yang dirasa lebih baik. Jika nantinya pemerintah mengembangkan PLTN, Tata meyakini perlu melihat kembali posisi Indonesia sebagai daerah rawan bencana seperti gempa.

"Sangat berisiko, kita diskusi dengan banyak kalangan dan ahli dan bisa niatan ini (memasukan PLTN dalam Prolegnas) terlihat seperti menyusup di regulasi yang ada," ujar Tata.

Senada, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai pengembangan PLTN tidak tepat dilakukan di Indonesia. "PLTN tidak kompetitif dan berkaca dari berbagai negara ada beragam dampaknya," sebut Fabby.

Menurut Fabby, banyak negara sudah mulai mengurungkan niat pengembangan PLTN sebab punya dampak jangka panjang bagi lingkungan. "Usia operasi PLTN maksimal 50 tahun, tapi limbah radioaktifnya ribuan tahun dan siapa yang akan menanggung biayanya," jelas Fabby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×