Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menargetkan mandatori bioetanol 5% atau E5 dalam campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) akan dimulai pada tahun 2026.
"Iya paling (2026), karena 2025 sudah setengah jalan," kata Eniya di Jakarta, Jumat (16/05).
Lebih detail Eniya bilang, pengembangan E5 akan dimulai dari lokasi-lokasi regional di pulau Jawa.
"Per-regional, lokasi-lokasi itu kan ada di Jawa, shorterm Jawa dulu, ada Jawa Timur, Jawa Tengah karena distribusi (etanol) juga lebih mudah," tambah dia.
Asal tahu saja, penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar telah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 4 Tahun 2025 yang membahas tentang pengusahaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) di Indonesia. Peraturan ini menggantikan Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008.
Baca Juga: Dukung Swasembada Energi, Pertamina NRE Siapkan Peta Jalan Pengembangan Bioetanol
Eniya juga menyebut, pada Permen sebelumnya roadmap terkait target penggunaan etanol belum dapat terealisasi karena belum berkembangnya industri gula dan pendukungnya.
"Kementerian ESDM sudah punya peraturan menteri yang memandatorikan membuat roadmap (bioetanol) gitu ya. Tetapi belum terkejar dengan adanya industri," kata dia.
Menurut dia, industri gula dan pendukungnya yang ada di Indonesia mencapai 13 industri. Namun hanya 3 industri yang saat ini mampu membuat etanol dengan spesifikasi bahan bakar.
"Untuk menjadi fuel grade itu hanya 3 dan ini skalanya hanya sekitar 60 ribu kiloliter," kata dia.
Jika ingin menerapkan bioetanol 5% maka Indonesia membutuhkan 1 juta hingga 1,2 juta kilo liter. Kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi dengan peningkatan produksi tanaman penghasil etanol seperti tebu, singkong hingga aren.
"Dan kalau ingin melihat penetrasi ke depan di sektor transportasi, kita harus masif dari sisi hulu dan juga perlu adanya pertumbuhan industri yang harus mendukung," ungkap Eniya.
Dengan adanya jarak antara bahan baku atau feedstock bioetanol dengan target dari pemenuhan E5, Eniya bilang, pemerintah menargetkan pertambahan etanol untuk tahap pertama dapat meningkat 10 kali lipat dibandingkan produksi sekarang.
Baca Juga: Toyota Mulai Uji Coba Penggunaan Bioetanol untuk Kendaraan Roda Empat
"Kalau kita ingin memandatorikan paling tidak step pertama itu 400.000-an kiloliter, 10 kali lipat, dari (produksi) yang sekarang," jelasnya.
Sebagai tambahan, penerapan E5 atau campuran 5% biodiesel dalam BBM telah diproduksi oleh Pertamina dalam bentuk Pertamax Green 95 yang memiliki Research Octane Number (RON) 95 dan mengandung 5% Bioetanol.
Dalam catatan Kontan, Pertamina menjual Pertamax Green 95 melalui Pertamina Patra Niaga. Adapun Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan tahun ini pihaknya menargetkan 150 SPBU di pulau Jawa dapat menjual BBM jenis ini.
"Target 150," ungkap Heppy saat ditemui beberapa waktu lalu.
Pertamax Green 95 mulai dijual oleh Pertamina sejak 2023 dengan awal SPBU yang dapat menjual adalah 12 buah. Dengan campuran nabati, bahan bakar jenis ini diklaim memiliki emisi gas buang yang rendah dan sudah sesuai standar euro 4.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News