kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemperin: Kebutuhan tenaga kerja industri bakal naik 8%


Rabu, 01 Mei 2019 / 12:02 WIB
Kemperin: Kebutuhan tenaga kerja industri bakal naik 8%


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Perindustrian memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri akan naik hingga melampaui 8% sampai tahun 2035. Peningkatan ini tersebar pada seluruh subsektor manufaktur, seperti industri makanan dan minuman, logam, tekstil dan pakaian, serta otomotif.

Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Mujiyono menyampaikan tingginya kebutuhan tenaga kerja tersebut seiring masuknya sejumlah investasi di Indonesia dan upaya pemerintah yang semakin gencar menggenjot sektor industri untuk terus ekspansi, baik dalam rangka memenuhi pasar domestik maupun ekspor.

Kemenperin mencatat, investasi di sektor industri manufaktur pada tahun 2014 sebesar Rp1 95,74 triliun, naik menjadi Rp 226,18 triliun di tahun 2018. Serapan tenaga kerja di sektor industri juga ikut meningkat, yakni dari 15,54 juta orang pada tahun 2015 menjadi 18 juta orang di tahun 2018.

Menurut Mujiyono, setiap tahun rata-rata sektor industri menyerap tenaga kerja sebanyak 672 ribu orang. “Kami telah memperhitungkan, itu kalau industri dipatok tumbuh 5%-6%,” ungkapnya dalam keterangan pers, Rabu (1/5). Namun demikian, selain pemenuhan dari sisi kuantitas, yang juga terpenting adalah penciptaan kualitas sumber daya manusia (SDM) sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.

“Apalagi, sekarang kita sudah memasuki era industri 4.0, di mana sektor industri dituntut untuk memanfaatkan teknologi canggih atau digitalisasi sehingga bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas produk secara lebih efisien. Nah, guna mencapai sasaran tersebut, diperlukan pula SDM kompeten. Jadi, SDM kompeten menjadi kunci daya saing industri kita,” paparnya.

Oleh karena itu, mulai tahun ini pemerintah memfokuskan pada pengembangan kualitas SDM sebagai agenda pembangunan nasional. Langkah strategis yang tengah dijalankan, antara lain melakukan berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi industri secara lebih masif.

Mujiyono menyampaikan, Indonesia punya potensi besar dalam upaya membangun kualitas SDM seiring dengan momentum bonus demografi yang sedang dinikmati sampai 20 tahun ke depan. “Hingga 2030 nanti, Indonesia diprediksi mengalami masa bonus demografi, yakni penduduk usia produktif mencapai 67,5% dari total jumlah penduduk sebesar 297 juta jiwa,” jelasnya.

Penduduk usia produktif dinilai akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan pengembangan inovasi. “Maka itu, kami terus berupaya mencetak lebih banyak tenaga ahli dan menciptakan iklim industri yang kondusif agar serapan dan produktivitas tenaga kerja terus meningkat,” imbuhnya.

Mujiyono pun menekankan, pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci penting dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. “Sebanyak 75 juta sampai 375 juta orang tenaga kerja global akan beralih profesi. Oleh karenanya, ada lima kompetensi penting yang kami kembangkan, yakni Coding & Programming, Mekatronika, Data Analysis & Statistics, Artificial Intelligence, dan Softskill Flexibility,” sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×