Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penandatanganan perjanjian perdagangan bebas (FTA) antar Indonesia dengan Australia sudah di depan mata. Dengan adanya Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia berpeluang mengekspor mobil utuh ke negara kangguru tersebut.
Industri mobil di Indonesia mengapresiasi positif rencana tersebut. Mukiat Sutikno, Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia tak menampik pasar mobil di Australia dengan Indonesia ada beberapa kemiripan.
Seperti sedan kecil, hatchback dan 4x4 yang menurutnya cukup digemari di sana. "Untuk 4x4 tidak ada perbedaan pajak seperti di Indonesia, tentunya kalau ekspor segmen ini bakal diterima di Australia," ujar Mukiat kepada Kontan.co.id, Minggu (28/4).
Namun kesiapan industri lokal diperlukan, Mukiat melihat spesifikasi khusus diperlukan agar memenuhi pasar ekspor tersebut. Sebagai negara empat musim, menurutnya kerangka mobil yang diperlukan jenis baja galvanis yang lebih durable.
Untuk itu bahan baku dari lokal harus bersiap, selain itu masuk ke pasar Australia tentu ada assignment yang bakal dipenuhi guna memasukkan produk utuh ke negara itu. Apalagi kondisi negara tersebut memang tidak memiliki pabrikan mobil dan mengharuskan impor.
Secara total, permintaan mobil di Australia kata Mukiat sizenya hampir 1,2 juta unit per tahunnya. Untuk Hyundai saat ini belum memasuki pasar Australia karena suplai ekspornya masih menyasar negara pelanggan eksisting dari Hyundai Indonesia.
Jika menyasar pasar ekspor baru, kata Mukiat harus menunggu izin dari prinsipal global. "Sekarang ini kami baru produksi H-1 di Indonesia jadi export market sementara ini belum mencakup Australia kecuali ada dorongan dari Hyundai Korea (pusat)," sebut Mukiat.
Saat ini Hyundai baru mengekspor CKD kendaraan Hyundai H-1 dengan target ekspor tahun ini meningkat 15% dibanding 2018, yakni diharapkan berkisar 3.300 unit-3.500 unit.
Sementara itu Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Layanan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) mengatakan perusahaannya terus mengerek penjualan ekspornya. Belum lama ini diketahui HPM melakukan ekspor perdana All New Brio ke Filipina dan Vietnam senilai Rp 1 triliun.
Hanya saja untuk negara Australia, ia mengaku belum mempelajari pasar baru tersebut. Jonfis mengatakan perusahaan masih sedang fokus mengekspor Low Cost Green Car (LCGC), dimana di Australia pasarnya saat ini belum banyak.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa bimbing ini terus. Sebab LCGC masing-masing brand volume nya besar juga. Di dunia tidak hanya Multi Purpose Vehicle (MPV) saja yang berkembang, nanun mobil-mobil kecil seperti ini berpeluang meningkat permintaannya," terang Jonfis kepada Kontan.co.id, Minggu (28/4.
Lebih lanjut ia menjelaskan, saat ini ekspor Honda ke Australia baru dilakukan dari Thailand dan belum ada rencana penambahan jumlah negara untuk jangka pendek. Apalagi, Australia memiliki banyak sekali peraturan, seperti NCAP dan lain sebagainya.
“Bukan berarti kami menarik diri, tetapi memang Thailand (Honda Thailand) yang diberikan kepercayaan untuk ekspor ke Australia," ujarnya. Jonfis mengaku pihaknya saat ini lebih fokus mengekspor mobil ke Filipina dan Vietnam seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
Adapun di tahun ini HPM telah mengekspor 740 unit mobil, terdiri atas Filipina 330 unit dan Vietnam 390 unit. Bulan depan juga, kata Jonfis, diharapkan volume ekspor masih dikisaran 3 digit alias ratusan unit. Untuk terus meningkatkan ekspor kedepannya menurutnya industri perlu menambahkan investasi.
Dilain pihak, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memandang pasar Australia harus diiringi persiapan dari segi industri. Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur TMMIN mengatakan perusahaannya sendiri sudah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
Selain soal lokal konten dan model yang cocok, ada satu hal yang juga turut dipenuhi. "Yakni terkait safety Euro standard karena berbeda sedikit. Namun, karena Toyota Asia Manufacturing juga sudah ekspor ke Australia, tidak masalah," ujar Warih.
Sementara soal produk apa yang akan dipasarkan di Australia, menurut Warih sampai sat ini yang paling cocok adalah sport utility vehicle (SUV). Mengenai kapan memulai ke negara tersebut, manajemen belum dapat memastikannya.
Mengawali tahun 2019, ekspor kendaraan utuh atau Completely Build-Up (CBU) bermerek TMMIN menunjukkan pertumbuhan. Sepanjang dua bulan pertama 2019 ekspor Toyota naik 4% dengan volume 30.550 unit dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018 yang berjumlah 29.500 unit.
SUV seperti Fortuner menjadi tulang punggung ekspor dengan total pengapalan sebanyak 7.890 unit atau berkontribusi sebesar 26% sepanjang bulan dua bulan pertama 2019. Kontributor kedua adalah model hatchback Agya (atau disebut Toyota Wigo di negara tujuan ekspornya) dengan volume sebanyak 5.900 unit atau sekitar 19% dari total ekspor.
Selain kendaraan utuh, TMMIN juga memproduksi dan mengekspor kendaraan setengah jadi/Completely Knock-Down (CKD), mesin utuh, serta komponen kendaraan. Produk-produk ekspor bermerek Toyota ini merambah ke lebih dari 80 negara di kawasan Asia, Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News