Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
KENDARI. Nilai investasi pembangunan pemurnian dan pengelohan nikel atau smelter yang tersebar pada 32 proyek di Indonesia mencapai Rp227,6 triliun.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, peningkatan investasi pembangunan pemurnian dan pengolahan nikel signifikan setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor ore.
"Saat ore dibolehkan diekspor, negara tujuan adalah Tiongkok. Sebaliknya, setelah pemerintah melarang ekspor ore, pengusaha asal Tiongkok berbondong-bondong membangun pabrik nikel di Indonesia," kata Gusti Suryawirawan, Senin (8/5).
Sebanyak 32 proyek pembangunan pemurnian dan pengolahan nikel yang menyerap tenaga kerja hingga 23.000 orang tersebar di 11 provinsi dan 22 kabupaten/kota se-Indonesia.
Nilai investasi sektor industri nikel dan logam lainnya diyakini akan terus bertambah seiring dengan peningkatan kapasitas pabrik yang sedang dalam pembangunan.
"Nilai investasi sebesar Rp227,6 triliun masih dalam tahap pekerjaan konstruksi pabrik. Kalau pabrik sudah produksi, nilai investasi akan meningkat tajam," katanya.
Mengenai tenaga kerja asing asal Tiongkok di sejumlah lokasi pembangunan pabrik, Gusti Suryawirawan mengatakan bahwa mereka memiliki keahlian dalam hal pekerjaan konstruksi bangunan berbahan baku baja.
"Maklumi kehadiran tenaga kerja asing karena semata-mata untuk pelaksanaan dan penyelesaian pembangunan konstruksi pabrik. Kalau pabrik sudah produksi, tenaga kerja asing pulang ke negaranya," kata Gusti Suryawirawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News