Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah seperti tidak berdaya menahan laju harga bawang merah dan cabai. Sekalipun panen raya tengah berlangsung, harga bawang merah dan cabai sulit kembali ke harga normal.
Kementerian Pertanian (Kemtan) sejatinya juga telah meminta Bulog untuk dapat berperan menyerap hasil panen bawang merah dan cabai dari petani agar harga kedua komoditas ini bisa lebih stabil.
Spudnik Sujono Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kemtan) mengatakan, ada delapan permasalahan yang membuat harga bawang merah dan cabai selalu tinggi pada pertengahan tahun. Pertama adalah kurangnya produksi dalam negeri.
Lalu kedua, kekurangan benih bermutu. Ketiga, produksi tidak merata sepanjang tahun khususnya pada Februari dan April. Keempat, sentra produksi terpusat di Pulau Jawa.
Kelima, rendahnya produktivitas bawang merah di luar Pulau Jawa. Keenam, penyimpanan produksi masih terbatas dimana tidak bisa disimpan dalam ruangan berpendingin. Ketujuh, saat hujan biaya logistik dan transport meningkat. Dan kedelapan, preferensi konsumen belum terbiasa dengan cabai bubuk atau olahan.
Menurut Spudnik, persoalan distribusi dan rantai penjualan turut membebani harga bawang merah dan cabai. Dan ia mengakui bahwa hal tersebut tidak mudah untuk memangkasnya. Sebab, petani terbiasa untuk menjual produksi mereka pihak kedua atau pengepul baru kemudian sampai ke pedagang.
Oleh karena itu, Kemtan mendorong agar Bulog menyerap bawang merah dan cabai hasil petani. "Bulog paling memungkinkan untuk bisa menyerap hasil panen bawang merah dan cabai dari petani. Mereka memiliki SDM dan gudang-gudang di seluruh Indonesia," kata Spudnik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News