kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.407   -13,00   -0,08%
  • IDX 7.125   30,49   0,43%
  • KOMPAS100 1.037   6,65   0,65%
  • LQ45 808   5,52   0,69%
  • ISSI 223   0,51   0,23%
  • IDX30 422   2,10   0,50%
  • IDXHIDIV20 502   0,06   0,01%
  • IDX80 117   0,72   0,62%
  • IDXV30 119   -0,10   -0,08%
  • IDXQ30 138   0,21   0,15%

Kemtan: Harga ayam turun karena konsumsi rendah


Jumat, 31 Maret 2017 / 18:20 WIB
Kemtan: Harga ayam turun karena konsumsi rendah


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat salah satu penyebab harga daging dan telur ayam turun akibat kelebihan produksi. Surplus itu semakin diperparah tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur ayam yang masih rendah.

Untuk daging ayam, Kemtan mencatata rata-rata konsumsi sebesar 10 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sedagnakan konsumsi telur sekitar 6,3 kg per kapita per tahun. Karena itu, promosi untuk meningkatkan konsumsi daging dan telur ayam sebagai pengganti protein perlu dilakukan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I.Ketut Diarmita mengatakan, pelaku usaha di industri perunggasan atau integrator harusnya gencar melakukan promosi agar masyarakat gemar makan daging dan telur ayam. Tujuannya adalah untuk meningkatkan permintaan terhadap daging dan telur ayam dalam rangka peningkatkan gizi mayarakat.

"Kami berharap agar dengan promosi yang dilakukan, maka masyarakat sadar untuk mendapatkan protein hewani relatif mudah dan murah," ujarnya, Jumat (31/3).

Diarmita menjelaskan, berdasarkan data Statistik Peternakan tahun 2016, populasi ayam ras pedaging (broiler) mencapai 1,59 miliar ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 162 juta ekor dan ayam bukan ras (buras) mencapai 299 juta ekor atau mengalami peningkatan sekitar 4,2% dari populasi pada tahun 2015.

Produksi daging unggas menyumbang 83% dari penyediaan daging nasional, sedangkan produksi daging ayam ras menyumbang 66% dari penyediaan daging nasional.

Maka pada dasarnya industri ayam ras merupakan industri yang sangat rentan, karena memiliki ketergantungan yang tinggi kepada negara lain. Hal ini karena bibit masih impor dan bahan baku pakan juga sebagian impor, sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat kondisi tersebut dapat menjadi boomerang bangsa ini dalam bidang ketahanan pangan apabila tidak waspada dan melakukan langkah-langkah antisipasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×