kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Kemtan nilai tantangan pertanian 2019 ada distribusi dan standarisasi


Selasa, 04 Desember 2018 / 22:08 WIB
Kemtan nilai tantangan pertanian 2019 ada distribusi dan standarisasi
ILUSTRASI. MUSIM PANEN


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) menilai pengembangan produk pertanian di tahun 2019 diwarnai sejumlah tantangan yang tidak mudah. Salah satu tantangan yang sudah ada di depan mata adalah perubahan iklim. Perubahan iklim ini dinilai dapat memengaruhi pergerakan harga komoditas di pasar global. Selain perubahan iklim, faktor standarisasi produk dan biaya logistik atau distribusi juga turut menentukan.

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Kemtan Hari Priono mengatakan, Kemtan melihat perubahan iklim dapat dijadikan kesempatan untuk meningkatkan produksi pertanian. Ia mengambil contoh, seperti pola tanam padi yang dulu kerap dibagi menjadi dua periode yakni Oktober-Maret dan April-September tidak lagi sepenuhnya dapat dijadikan patokan dalam pengembangan pertanian.

"Sebab di musim hujan seperti saat ini, kita masih menemukan ada juga daerah yang belum mengalami  hujan, nah kita harus melihat ini sebagai peluang. Bagaimana kita menyesuaikan diri dengan kondisi iklim,"ujarnya dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Gedung Kemtan, Selasa (4/12).

Hari menjelaskan, dengan kondisi perubahan iklim tersebut, maka hampir setiap bulan ada saja petani yang menanam padi. Untuk itu, ia memastikan dari sisi produktivitas tidak ada kendala yang berarti. Namun persoalan muncul ketika sudah masuk ke sektor distribusi. Sebab tidak jarang ditemukan di sejumlah titik atau pasar mengalami kelangkaan bahan pokok.

"Tapi ini bukan berarti produksi tidak ada, secara fakta, panen ada, tapi distribusinya mahal,"bebernya.

Sementara dari sisi ekspor. Mantan Sekretaris Jenderal Kemtan ini menilai, tidak bisa dilihat hitam putih. Ekspor produk-produk Indonesia ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) tidak bisa dilihat melulu dari sisi bisnis dan perdagangan. Ia juga menekankan ada aspek sejarahnya. Negara-negara di Afrika akan lebih mudah mengekspor ke Eropa ketimbang AS. Hal itu terjadi karena negara-negara tersebut masih terhubung dalam persemakmuran (commonwealth).

Kemudian, standar produk pertanian juga sangat menentukan ke depannya. Saat ini, kesadaran konsumen akan kesehatan kian tinggi. Maka konsumen menuntut produk yang higienis meski harga tinggi. Karena itu, tidak heran bila banyak produk organik yang laris manis di pasar meski harga selangit. "Ini tidak mudah kita terapkan ke petani kita dengan segala keterbatasan,"imbuhnya.

Untuk itu, ia mengatakan, Kemtan akan berupaya melakukan perbaikan untuk mendorong produk-produk pertanian menjadi produk yang memenuhi standar kesehatan. Untuk itu, Kemtan juga akan melakukan perbaikan khususnya dalam mempermudah perizinan dalam pengembangan produk pertanian di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×